MAKALAH PRAKTIKUM PENGANTAR AGRIBISNIS
PERTUMBUHAN KREDIT PERTANIAN YANG
LAMBAN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
NINDA PERMATASARI (170321100023)
ULQIYA KARTIKA P. (170321100025)
M. ZAINUL IRSAD D. (170321100035)
M. SYAKUR AL MUJIB (170321100047)
MIFTAKUL JANNAH (170321100049)
FEBI ANUGRAINI (170321100067)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampai saat ini banyak kalangan menilai
bahwa sektor pertanian memiliki banyak permasalahan,namun disisi lain, sektor
pertanian sebagaimana diketahui memiliki peran yang sangat penting dalam
perekonomian Indonesia diantaranyasebagai penghasil devisa, sektor yang
terbesar menyerap tenaga kerja (sekitar 73% dari angkatan kerja nasional) dan
menampung 90% usaha kecil menengah. Sektor pertanian merupakan salah satu dari
care business di Sumatera Selatan dan merupakan salah satu pilar penyokong
pertumbuhan perekonomian nasional. Selain itu,terbukti sektor ini masih dapat
bertahan dimasa krisis, dan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat di Sumatera Selatan.
Berlakunya Undang-undang No.32 tahun
2004 tentang pemerintahan daerah yang ditindaklanjuti dengan Peraturan
Pemerintah No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan
provinsi dan kabupaten kota menimbulkan perubahan yang fundamental dalam
keseluruhan sistem kewenangan pemerintahan termasuk dalam proses pelayanan yang
berhubungan dengan penanaman modal. Disamping itu, persaingan dalam menarik
investasi di dalarn negeri cenderung meningkat semakin tajam pada berbagai
sektor terutama sektor PMDN dan PMA. sektor pertanian terutama pada pertanian
rakyat temyata sulit sekali ditemukan investor menanamkan modalnya pada sektor
ini sehingga sangat sulit menempatkan pertanian sebagai sektor ekonomi yang
berdiri sendiri, dimana berdasarkan cakupan pelaku maupun keterkaitan antar kelembagaan
akan berkaitan dengan kebijakan moneter, infrastruktur, pengembangan surnber
daya manusia serta kebijakan perdagangan dalam maupun luar negeri.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa penyebab pertumbuhan
kredit pertanian lamban ?
b. Bagaimana kesulitan petani
dalam menemukan investor untuk pertanian ?
c. Bagaimana solusi dari
permasalahan lambannya pertumbuhan kredit pertanian ?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui penyebab
pertumbuhan kredit pertanian yang lamban
b. Menemukan solusi permasalahan
pertumbuhan kredit pertanian yang lamban
BAB II
PEMBAHASAN
3.1 Permasalahan
Perkembangan kredit perbankan
untuk sektor pertanian di Sumatra Selatan dari 2012 hingga 2015 menunjukkan
peningkatan yang lamban, dengan porsi yang masih minim dari total pembiayaan
bank. Bank Indonesia (BI) Sumatra Selatan mencatat penyaluran kredit pertanian
di Tanah Padugan dalam tiga tahun meningkat hanya Rp.1,8 triliun, dari
penyaluran sebesar Rp. 5,5 triliun pada 2012 menjadi sebesar Rp. 7,3 triliun
per Juli 2015. Adapun penyaluran kredit secara keseluruhan berdasarkan data BI
Sumsel pada 2012-2015 melonjak lebih drastis, dari sebesar Rp.336,3 triliun
pada 2012 menjadi Rp.507,3 triliun per posisi Juli 2015.
Kepala Kantor Perwakilan BI Sumsel Rosmaya Hadi mengatakan pihaknya
mendorong pelaku industri perbankan untuk meningkatkan penyaluran kredit untuk
sektor pertanian, di antaranya dalam bentuk kredit ketahanan pangan dan energi,
kredit resi gudang, dan kredit kepemilikan gudang. “Kredit yang disalurkan
untuk proses pembenihan dan pembibitan relatif kecil, karena tingginya risiko
dan banyaknya subsidi dari pemerintah pusat,” katanya, Selasa (15 September
2015). Dia menuturkan beberapa kendala dan permasalahan seringkali dihadapi
dari sisi petani, di antaranya terkait isu perkreditan yang belum menyentuh
petani karena tidak memiliki akses ke lembaga keuangan formal. “Dari studi
World Bank pada 2010 dinyatakan bahwa separuh dari populasi Indonesia tidak
memiliki akses ke lembaga keuangan formal dan seperlima sama sekali tidak
memiliki akses jasa keuangan,” tuturnya.
3.2 Solusi
a.
Dengan
memberikan penyuluhan kepada para petani tentang apa dan bagaimana pengkreditan
modal pertanian pada lembaga keungan pertanian.
b.
Dengan
memberikan kredit usahatani dengan pendekatan profit oriented dan dilakukan
secara profesional,mudah dijangkau baik secara administrasi maupun waktu
pengucuran dana,serta mempertimbangkan prinsip pemberian kredit yang sehat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lambannya
pertumbuhan kredit pertanian yang terjadi disebabkan oleh sulitnya para petani dalam memiliki
akses ke lembaga keuangan formal. Bahkan dari studi World Bank pada 2010 menyatakan
bahwa separuh dari populasi Indonesia tidak memiliki akses ke lembaga keuangan
formal dan seperlima sama sekali tidak memiliki akses jasa keuangan. Permasalahan itu dapat diatasi
dengan memberikan penyuluhan kepada para petani tentang apa dan bagaimana
pengkreditan modal pertanian pada lembaga keungan pertanian. Selain itu dengan
memberikan kredit usahatani dengan pendekatan profit oriented dan dilakukan
secara profesional,mudah dijangkau baik secara administrasi maupun waktu
pengucuran dana,serta mempertimbangkan prinsip pemberian kredit yang sehat.
3.2 Saran
a.
Pemerintah
membuat kebijakan khusus mengenai perkreditan dalam pertanian.
b.
Pemerintah
lebih memerhatikan kondisi akan pertumbuhan kredit pertanian karena mengingat
betapa pentingnya pengadaan modal dalam usahatani
DAFTAR PUSTAKA
Batubara, M.M. 2004. Kemampuan Ekonomi Petani Karet Dalam Melakukan
lnvestasi
Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Usahatani (Kasus pada Petani Binaan UPP
TCSDP di Sumatera Selatan). Disertasi. Bandung: PPs Unpad.
Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Usahatani (Kasus pada Petani Binaan UPP
TCSDP di Sumatera Selatan). Disertasi. Bandung: PPs Unpad.
Danusaputro, M., Yusuf. M. Cotler dan
Pandu Suharto. 1997. Moneterisasi
Pedesaan(Bunga
Rampai Keuangan Indonesia). Edisi Ke-2. Jakarta: Institut Bankir Indonesia.
Rampai Keuangan Indonesia). Edisi Ke-2. Jakarta: Institut Bankir Indonesia.
Downey. W.D dan Steiien. P.
Erickson.1987. Agribusiness Management.
McGraw Hill.Mohd
Nasir. 1998. Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia.
Nasir. 1998. Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia.
Nancy, Cicilia, Chaiil Anwar dan
Sinung Hendratno. 1998. Tingkat Kesejahteraan
Petani
Karet Didalam Kondisi Krisis Moneter. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Vol. XLVl
No. 4 Tahun 1998. Hal 427- 435.
Karet Didalam Kondisi Krisis Moneter. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Vol. XLVl
No. 4 Tahun 1998. Hal 427- 435.
Pusat Penelitian SEP dan Balitbang
Partanian. 1993. Persfektif Pengembangan
Agribisnis di
Indonesia. Prosiding.Penyunting; Tahlim Sudaryanto, Effendi Pasandaran dan Achmad
Jauhari. Bogor. 74 hal.
Indonesia. Prosiding.Penyunting; Tahlim Sudaryanto, Effendi Pasandaran dan Achmad
Jauhari. Bogor. 74 hal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar