Translate

Sabtu, 28 Maret 2020

Analisis Iklan Floridina Florida Orange Yuk




Assalamualaikum...

Analisis Iklan Produk Minuman Segar “Floridina Florida Orange”
            Teman-teman pasti sudah tidak asing dengan iklan produk minuman segar bernama “Floridina Florida Orange” ini kan. Iklan ini benar-benar menarik hati konsumen pecinta minuman segar, terutama muda-mudi millenial saat ini. Meskipun iklan sudah lama tayang, jika ditayangkan kembali akan terus menarik konsumen. Iklan ini diperankan oleh salah satu artis muda cantik yang bernama Nasya Marcella. Dengan konsep perkumpulan muda-mudi di hari yang terik yang menyenangkan hingga cocok ditemani dengan minuman segar untuk menyegarkan hari-harinya dan ditunjukkan kesegaran perpaduan bulir-bulir jeruk segar dan air segar yang membuat konsumen yang melihatnya terbawa merasakan kesegaran minumannya.
            Sasaran dari iklan ini adalah para pecinta minuman yang berasa dan minuman segar. Produk ini bisa dikonsumsi oleh semua kalangan baik yang berpendapatan rendah, sedang, dan atas karena harga yang ditawarkan pun masih terjangkau. Minuman Floridina ini juga bisa dikonsumsi oleh usia kanak-kanak, remaja, hingga dewasa. Produk minuman Floridina ini memang benar-benar terdapat bulir-bulir buah jeruk sesuai dengan iklannya, ibarat meminum jus buah jeruk tetapi ini lebih berwarna oranye.  Produk ini segar dinikmati dalam keadaan dingin yang dapat melepas dahaga, apalagi saat cuaca sedang terik. Kemasan botol yang ukurannya standar bersifat fleksibel yang dapat dibawa kemana-mana dan dinikmati dimana saja. Warna kemasan yang condong ke warna oranye juga memberi kesan kesegaran minuman jeruk dan buah jeruk yang berwarna oranye juga. Minuman Floridina ini memiliki rasa manis yang pas yang tidak membuat konsumen bosen mengkonsumsinya.
            Jika dianalisis berdasarkan proses pengambilan keputusan :
- Mengenali kebutuhan
Konsumen mulai merasa haus karena gambar minumannya yang meyegarkan hingga ingin melepaskan dahaga.
- Mencari informasi
Konsumen akan mulai mencari dimana produk ini dijual dan ada yang bertanya-tanya mengenai kesegaran minuman ini. Menanyakan harganya, rasa, dan semua yang berkaitan dengan minuman segar Floridina ini.
- Mengevaluasi alternatif
Konsumen memikirkan segala pertimbangan untuk membeli atau tidak yang disesuaikan dengan keinginannya dan kebutuhan sesuai dengan budgetnya dari segala informasi yang sudah didapatkan.
- Mengambil keputusan
Konsumen Floridina sudah mempertimbangkan dengan matang untuk membeli karena sesuai dengan kebutuhannya. Akan tetapi bisa jadi tidak karena tiba-tiba terdapat kebutuhan pangan lain yang harus dipenuhi.
- Evaluasi pasca pembelian
Setelah membeli produk minuman Floridina dan meminumnya karena konsumen menginginkan minuman segar sehingga konsumen merasa puas dan terlepas dahaganya. Segarnya minuman telah membuat konsumen membeli dan membeli lagi (Pembelian berulang).

Itulah hasil analisis deskripsi tentang suatu iklan minuman segar merek Floridina Florida Orange.


My name is Febi Anugraini. I am from Jombang, East Java.

(170321100067_Perilaku Konsumen_Agribisnis_UTM

Iklan juga dapat diakses di You Tube :

Jumat, 27 Maret 2020

Faktor Kebudayaan terhadap Keputusan Konsumen


Assalamualaikum, My name is Febi Anugraini. I am from Jombang, East Java.
(170321100067_Perilaku Konsumen_Agribisnis_UTM)

Faktor Kebudayaan terhadap Perilaku Konsumen
A.   Budaya
1.    Pengertian Budaya
Budaya merupakan suatu kepercayaan, nilai-nilai dan kebiasaan yang dipelajari seseorang, yang dapat mengarahkan seseorang tersebut dalam menggunakan suatu barang atau jasa. Kepercayaan, nilai-nilai dan kebiasaan itu dapat muncul bila seseorang melakukan interaksi, hubungan dan saling mempengaruhi dalam berperilaku. Unsur-unsur budaya antara lain :
A. Nilai (Value)
Nilai adalah kepercayaan yang dianut atau segala sesuatu yang dianggap penting oleh seseorang atau suatu masyarakat. Kepercayaan bersama atau norma kelompok yang telah diserap oleh individu.
1. Nilai-nilai umum (global values) adalah nilai-nilai abstrak yang dapat digeneralisasikan pada berbagai konteks perilaku. Global values merupakan nilai-nilai paling dasar dan bersifat umum. Nilai umum ini relatif sama (dimiliki) oleh setiap orang, misalnya nilai-nilai seseorang terhadap hak-hak individu, lingkungan hidup yang baik, pada umumnya setiap orang memiliki pandangan yang relatif sama tentang hal ini.
2. Nilai-nilai pada bidang tertentu (Domain specific values). Nilainilai pada bidang tertentu mengarahkan kita pada perilaku tertentu dalam bidang/masalah tertentu. Untuk setiap bidang, seseorang memiliki seperangkat nilai tertentu yang relevan untuk bidang itu, misalnya: perilaku kita sebagai mahasiswa, perilaku keagamaan dsb. Misalnya yang beragama Islam akan menghindari produk makanan yang mengandung babi.
3. Product Spesific Value tersebut dengan tambahan pengalaman hidupnya, kemudian seseorang akan mengembangkan nilai-nilai pada produk tertentu (product spesific value). Nilai secara kongkrit akan membentuk criteria evaluatif pada diri individu dalam memilih produk yang akan dibelinya. Misalnya orang yang
memiliki domain spesific pada bidang ekonomi akan memperhatikan masalah efisiensi pada setiap produk yang akan dibelinya.
B. Norma (Norm)
Norma adalah kepercayaan yang dianut dengan consensus dari suatu kelompok sehubungan dengan kaedah perilaku untuk anggota individual. Norma akan mengarahkan seseorang tentang perilaku yang diterima dan yang tidak diterima. Norma adalah aturan masyarakat tentang sikap baik dan buruk, tindakan yang boleh dan tidak boleh. Norma terbagi dalam 2 macam :
1. Enacted Norm, adalah norma yang disepakai berdasarkan aturan pemerintah dan ketatanegaraan, biasanya berbentuk peraturan, undang-undang.
2. Cresive Norm, yaitu norma yang ada dalam budaya dan bias dipahami dan dihayati, jika orang tersebut berinteraksi dengan orang-orang dari budaya yang sama.
Ada 3 jenis cresive norm:
a.    Kebiasaan adalah berbagai bentuk perilaku dan tindakan yang diterima secara budaya. Kebiasaan diturunkan dari generasi ke generasi. Kebiasaan juga menyangkut berbagai jenis perayaan yang terus menerus dilakukan secara rutin. Contoh : Kebiasaan daerah Manado, dalam setiap perayaan Paskah terdapat tradisi membagikan telur Paskah sehingga secara otomatis meningkatkan permintaan akan telur.
b.    Larangan adalahh berbagai bentuk kebiasaan yangmoral, biasanya berbentuk tindakan yang tidak boleh dilakukan seseorang dalam suatu masyarakat.mengandung aspek moral, biasanya berbentuk tindakan yang tidak boleh dilakukan seseorang dalam suatu masyarakat. Pelanggaran terhadap larangan tersebut mengakibatkan sangsi sosial. Contoh : Anak gadis tidak boleh makan pepaya (daerah tertentu) sehingga mengurangi konsumsi pepaya, kalau berekreasi ke laut Selatan dilarang menggunakan pakaian berwarna hijau yang berimplikasi kepada pemasaran yaitu permintaan pakaian yang berwarna hijau disekitar laut Selatan sedikit.
c.    Konvensi, menggambarkan norma dalam kehidupan sehari-hari.konvensi menggambarkan bagaimana seseorang harus bertindak sehari-hari, biasanya berkaitan dengan perilaku rutin yang dilakukan konsumen. Contoh, minum teh/kopi dengan gula, makan bubur dengan sambal dsb.
C. Mitos
Mitos menggambarkan cerita atau kepercayaan yang mengandung nilai dan idealisme bagi suatu masyarakat. Mitos sering kali sulit dibuktikan kebenarannya.
D. Simbol
Simbol adalah segala sesuatu (benda, nama, warna, konsep) yang memiliki arti penting lainnya (makna budaya yang diinginkan) contoh : bendera warna kuning yang ditaruh di tepi jalan atau depan rumah, symbol bahwa ada warga yang meninggal. Simbol MACAN pada produk biskuit merek BISKUAT, memberikan inspirisi sebagai merek yang biskuit yang akan memberikan energi dan kekuatan kepada konsumen.
Konsumen adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang hidup bersama dengan orang lain, berinteraksi dengan sesamanya. Orang-orang sekeliling inilah yang disebut sebagai lingkungan sosial konsumen. Konsumen saling berinteraksi satu sama yang lain, saling mempengaruhi dalam membentuk perilaku, kebiasaan, sikap, kepercayaan dan nilai-nilai yang dianggap penting. Salah satunya unsur lingkungan sosial adalah budaya.
Culture refers to a set of values, idea, artifacts, and other meaningful symbols that help individuals communicate, interpret, and evaluate as member of society” (Engel, Blackwell dan Miniard, 1995). Budaya mengacu pada nilai, gagasan, artefak dan symbol-simbol lain yang bermakna yang membantu individu untuk berkomunikasi, melakukan penafsiran dan evaluasi sebagai anggota masyarakat. Budaya bukan hanya yang bersifat abstrak, seperti nilai, pemikiran dan kepercayaan, Budaya bisa berbentuk objek material, rumah, pakaian, kendaraan adalah contoh-contoh produk yang bisa dianggap sebagai Budaya suatu masyarakat. Undang-undang, makanan, minuman, musik, teknologi dan bahasa adalah beberapa contoh lain dari budaya suatu masyarakat.
2.    Pengaruh Budaya
Unsur-unsur budaya tersebut dapat mempengaruhi pengkonsumsian suatu produk dan jasa, sebagai salah satu contoh: pada saat panen raya, petani menggelar syukuran tanda keberhasilan dalam berproduksi, sehingga konsumsi terhdap beras, daging dan sayur-sayuran akan meningkat.
Demografi dan Sub Budaya
Budaya yang ada di dalam suatu masyarakat bisa dibagi lagi ke dalam beberapa bagian yang lebih kecil. Inilah yang disebut dengan subbudaya. Sub-budaya bisa tumbuh dari adanya kelompok-kelompok di dalam suatu masyarakat.
Unsur-unsur Sub Budaya dan Demografi :
a.    Usia. Merupakan hal yang penting untuk dipahami, karena konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Siklus hidup seorang konsumen akan ditentukan oleh usianya. Para pemasar harus memahami apa kebutuhan dari konsumen dengan berbagai usia tersebut, kemudian membuat beragam produk yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut.
b.    Pendidikan dan pekerjaan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seorang konsumen. Profesi dan pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pendapatan yang diterimanya. Pendapatan dan pendidikan tersebut kemudian akan mempengaruhi proses keputusan dan pola konsumsi seseorang. Tingkat pendidikan seseorang juga akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Dari sisi pemasaran, semua konsumen dengan tingkat pendidikan yang berbeda adalah konsumen potensial bagi semua produk dan jasa. Pemasar harus memahami kebutuhan konsumen dengan tingkat pendidikan yang berbeda, dan produk apa yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut.
  1. Lokasi geografis. Dimana seorang konsumen tinggal akan mempengaruhi pola konsumsinya. Konsumen yang tinggal di desa akan memiliki akses terbatas kepada berbagai produk dan jasa. Sebaliknya, konsumen yang tinggal di kota-kota besar lebih mudah memperoleh semua barang dan jasa yang dibutuhkannya. Para pemasar harus memahami dimana konsumen tinggal agar pemasar dapat memfokuskan kemana produknya akan dijual.

B. Kelas Sosial
Kelas sosial adalah pembagian masyarakat ke dalam kelaskelas yang berbeda atau strata yang berbeda. Perbedaan kelas atau strata akan menggambarkan perbedaan pendidikan, pendapatan, pemilikan harta benda, gaya hidup dan nilai-nilai yang dianut. Perbedaan-perbedaan tersebut akan mempengaruhi perilaku konsumsi seseorang atau keluarga. Konsumen kelas menengah dan kelas atas biasanya berbelanja di Sogo, sedangkan konsumen kelas bawah lebih banyak berbelanja di toko-toko yang berlokasi di pasar tradisional.
Kelas sosial merupakan pembagian anggota masyarakat ke dalam suatu hirarki status kelas sosial yang berbeda, sehingga para anggota setiap kelas secara relatif mempunyai status yang sama dan para anggota kelas lainnya mempunyai status yang lebih tinggi atau lebih rendah. Pendekatan sistematis untuk mengukur kelas sosial tercakup dalam berbagai kategori yang luas, berikut ini :
- Ukuran Subyektif (Kelas Bawah, MenengahBawah,Menengah-Atas,Atas)
- Ukuran Reputasi
- Ukuran Obyektif terdiri dari Variabel Demografis atau Sosioekonomis (Pekerjaan, Pendidikan, penghasilan, konsumsi, tabungan, hutang dan lain-lain)
Kelas sosial menunjukkan adanya kelompok-kelompok yang secara umum mempunyai perbedaan dalam hal pendapatan, gaya hidup dan kecenderungan konsumsi.
Kelas Sosial dapat ditentukan dari:
penting untuk menyampaikan prestise, kehormatan dan respek.
anggotaan kelas, tidak hanya jumlah pemilikan, tetapi sifat pilihan yang dibuat. Keputusan pemilikan yang mencerminkan kelas sosial suatu keluarga adalah pilihan dimana untuk tinggal. Pemilikan lainnya yang berfungsi sebagai indicator status sosial mencakup keanggotaan dalam club, gaya perabot, jenis liburan, busana.
-kepercayaan bersama mengenai bagaimana orang harus berperilaku menunjukkan kelas sosial dimana seseorang termasuk di dalamnya. Setiap kelas sosial akan berbeda dalam
1. Perilaku pengeluaran (spending behaviour)
2. Penggunaan produk (produk usage): Jenis makanan, jenis pakaian.
3. Pemilihan Merk (Brand choice): memiliki preferensi pada merek tertentu atau tidak
4. Perilaku Berbelanja (shopping behaviour): tempat berbelanja, cara berbelanja
5. Ekspos Media (Media ekspose): media yang dikonsumsi (jenis dan banyaknya).
Masing-masing kelompok memperlihatkan nilai dan perilaku karakteristik yang berguna untuk analisis konsumen dalam mendesain program pemasaran. Adalah perlu untuk menganalisis pengenalan kebutuhan, proses pencarian, criteria evaluasi dan pola pembelian dari berbagai kelas sosial untuk mencocokan produk dan komunikasi secara tepat dengan kelas sosial.

Faktor-faktor yang menentukan kelas sosial
A. Variabel ekonomi
1) Status pekerjaan
Prestasi yang diraih oeh seseorang dalam pekerjaannya akan menentukan kelas sosial. Seorang dosen yang mendapat nobel akan memiliki kelas sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan dosen yang lain.
2) Pendapatan
Pendapatan akan menentukan daya beli seseorang, yang selanjutya akan mempengaruhi pola konsumsinya. Semakin tinggi pendapatan seseorang, maka akan semakin tinggi pula kelas sosialnya.
3) Harta benda
Pendapatan yang tinggi biasanya diikuti oleh pemilikan harta benda yang banyak. Di pedesaan, pemilikan sawah, kebun dan ternak merupakan simbol dari kelas sosial atas. Di perkotaan, pemilikan rumah, kendaraan, perhiasan merupakan simbol dari kelas sosial atas.
B. Variabel interaksi
1) Prestis individu
Seseorang memiliki prestis pribadi apabila ia dihormati oleh orang lain dan orang-orang disekelilingnya.
2) Asosiasi
Kelas sosial seseorang dapat diketahui dengan mengidentifikasi dengan siapa ia berkomunikasi dan bergaul dalam kehidupan sehari-hari.
3) Sosialisasi
Sebuah proses dimana seseorang belajar berbagai keterampilan, membentuk sikap dan kebiasaan dalam menjalani kehidupan masyarakat.
C. Variabel politik
1) Kekuasaan
Kemampuan seseorang untuk mempengaruhi dan memimpin orang lain
2) Kesadaran kelas
Kesadaran seseorang terhadap kelas sosial dimana ia berada.
3) Mobilitas
Merupakan perubahan seseorang dari kelas sosial satu ke kelas sosial yang lain.

Nih Tindakan Konsumen dalam Perilaku Konsumen


Assalamualaikum, My name is Febi Anugraini. I am from Jombang, East Java.
(170321100067_Perilaku Konsumen_Agribisnis_UTM)

Faktor Tindakan Konsumen terhadap Perilaku Konsumen

Perilaku atau tindakan konsumen tersebut terdiri dari beberapa proses yaitu pengenalan kebutuhan konsumen, mencari sumber Informasi, melakukan evaluasi alternatif produk, menyeleksi dan pembelian produk yang berakhir dengan tindakan pasca konsumsi produk. Keputusan membeli atau mengkonsumsi suatu produk dengan merk tertentu akan diawali oleh langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pengenalan kebutuhan
Pengenalan kebutuhan muncul saat konsumen menghadapi masalah yaitu adanya perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan yang sebenarnya terjadi. Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) kebutuhan ini harus diaktifkan terlebih dahulu, sebelum kebutuhan itu bisa dikenali. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengaktifan kebutuhan tersebut adalah:
a)  Waktu, yang akan mendorong pengenalan kebutuhan lain yang diinginkan konsumen. Berlalunya waktu akan mengaktifkan kebutuhan fsikologis seseorang.
b)  Perubahan situasi atau keadaan yang dialami seseorang akan mengaktifkan kebutuhan.
c)  Pemilihan produk yang sering kali akan mengaktifkan kebutuhan yang lain.
d)  Konsumsi produk. Habisnya produk yang dikonsumsi akan mengaktifkan kebutuhan untuk memenuhi produk tersebut.
e)  Perbedaan individu. Lahirnya kebutuhan seseoorang akan suatu produk yang sama dilandasi oleh motivasi yang berbeda-beda.
f)   Pengaruh pemasaran. Kegiatan pemasaran yang dilakukan perusahaan akan mempengaruhi konsumen menyadari kebutuhannya.
2. Sumber informasi
Seorang konsumen yang telah mengetahui kebutuhannya dapat atau tidak  dapat mencari informasi lebih lanjut jika dorongan kebutuhan itu kuat, jika tidak kuat maka kebutuhan konsumen itu hanya akan menjadi ingatan belaka. Konsumen mungkin melakukan pencarian lebih banyak atau segera aktif mencari informasi yang mendasari kebutuhan ini.
Adapun tingkat pencarian informasi konsumen menurut Hidayat (1998) dikategorikan kedalam empat kelompok yaitu meliputi :
a)  Sumber pribadi
1.    Keluarga
2.    Teman
3.    Tetangga
4.    Kenalan
b)  Sumber komersil
1.    Iklan
2.    Wiraniaga
3.    Penyalur
c)  Sumber publik
1.    Media mass
2.    Lembaga-lembaga konsumen
d)  Sumber pengalaman
1.    Pemakain produk
2.    Pernah menangani produk
3.    Pernah membuat produk
Sedangkan pada proses pencarian informasi dibagi menjadi dua, yaitu:
a)  Pencarian internal
Proses pencarian informasi dimana konsumen mengingat kembali semua informasi yang ada dalam ingatannya, berfokus pada produk dan merek yang sangat dikenalnya dan membaginya menjadi produk yang diterima dan yang ditolak.
b)  Pencarian ekstrenal
Proses pencarian informasi mengenai berbagai produk dan merek, pembelian maupun konsumsi kepada lingkungan sekitar konsumen.

3. Evaluasi Alternatif Produk
Evaluasi alternatif adalah proses mengevaluasi pilihan produk dan merk dan memilihnya sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Pada proses ini, konsumen membandingkan berbagai pilihan yang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Setelah menentukan kriteria atau atribut dari produk atau merk yang dievaluasi, maka langkah berikutnya adalah menentukan alternatif pilihan.
Konsumen akan mengurangi pilihan bila dirasa tidak memenuhi kriteria evaluasi. Kemudian konsumen akan menentukan pilihan produk. Teknik pemilihan produk ada dua yaitu :
a)  Teknik Kompensatori
Prinsip dari teknik kompensatori adalah kelebihan suatu atribut dari sebuah merk dapat menutupi kelemahan atribut lainnya. Prinsip dari teknik kompensatori adalah kelebihan suatu atribut dari sebuah merk dapat menutupi kelemahan atribut lainnya.
b)  Teknik Non Kompensatori
Prinsip dari teknik non kompensatori adalah kelemahan suatu atribut dari sebuah merk tidak dapat ditutupi oleh kelebihan atribut lainnya.
Untuk menilai alternatif pilihan konsumen terdapat 5 (lima) konsep dasar yang dapat digunakan, yaitu :
a)     Sifat-sifat produk, apa yang menjadi ciri-ciri khusus dan perhatian konsumen terhadap produk atau jasa tersebut.
b)     Pemasar hendaknya lebih memperhatikan pentingnya ciri-ciri produk dari pada penonjolan ciri-ciri produk.
c)     Kepercayaan konsumen terhadap ciri merek yang menonjol.
d)     Fungsi kemanfaatan, yaitu bagaimana konsumen mengharapkan kepuasan yang diperoleh dengan tingkat alternatif yang berbeda-beda setiap hari.
e)     Bagaimana prosedur penilaian yang dilakukan konsumen dari sekian banyak ciri-ciri barang.

4. Seleksi dan Pembelian Produk

Setelah menentukan pilihan produk, maka konsumen akan melanjutkan proses berikutnya, yaitu melakukan tindakan pembelian produk atau jasa tersebut. Jenis pembelian produk atau jasa yang dilakukan oleh konsumen bisa digolongkan menjadi 3 macam yaitu :
a)     Pembelian yang terencana sepenuhnya
b)     Pembelian yang separuh terencana
c)     Pembelian yang tidak terencana
Konsumen yang telah melakukan pilihan terhadap berbagai alternatif biasanya membeli produk yang paling disukai, yang membentuk suatu keputusan untuk membeli. Ada 3 (tiga) faktor yang menyebabkan timbulnya keputusan untuk membeli, yaitu :
a)     Sikap orang lain, yaitu tetangga, teman, orang kepercayaan, keluarga, dll.
b)     Situasi tak terduga, yaitu harga, pendapatan keluarga, manfaat yang diharapkan
c)     Faktor yang dapat diduga, yaitu faktor situasional yang dapat  diantisipasi oleh konsumen
5. Pasca Komunikasi Produk
Setelah mengkonsumsi produk atau jasa, konsumen tidak akan berhenti hanya sampai disini, namun ada tindakan lain yang mengikuti konsumsi, yang disebut tindakan pasca konsumsi. Tindakan pasca tersebut akan berlanjut setelah konsumen melakukan evaluasi, bisa menimbulkan kepuasan, bisa ketidakpuasan.
Kepuasan atau ketidak puasan konsumen terhadap suatu produk akan berpengaruh terhadap perilaku pembelian selanjutnya. Jika konsumen puas kemungkinan besar akan melakukan pembelian ulang dan begitu juga sebaliknya. Ketidakpuasan konsumen akan terjadi jika konsumen mengalami pengharapan yang tak terpenuhi. Konsumen yang merasa tidak puas akan menghentikan pembelian produk yang bersangkutan dan kemungkinan akan menyebarkan berita buruk tersebut ke teman-teman mereka. Oleh karena itu perusahaan berusaha memastikan tercapainya kepuasan konsumen pada semua tingkat dalam proses pembelian.
Indikator dari keputusan pembelian (dalam Soewito : 2013) yaitu:
a)  Kebutuhan yang dirasakan
b)  Kegiatan sebelum membeli
c)  Perilaku waktu memakai
d)  Perilaku pasca pembelian

Pengaruh Keluarga dan Kelompok Acuan dalam Konsumsi Barang/Jasa

Assalamualaikum, My name is Febi Anugraini. I am from Jombang, East Java.
(170321100067_Perilaku Konsumen_Agribisnis_UTM)

Faktor Sosial Kelompok Mikro (Keluarga dan Kelompok Acuan) terhadap Perilaku Konsumen
Adanya lingkungan sosial bisa mempengaruhi karakteristik seseorang. Seorang konsumen berasal dari beberapa lingkungan hidup sosial. Pasti akan ada pengaruhnya pada perilaku konsumen terhadap suatu barang atau jasa. Berikut adalah contoh faktor sosial pada kelompok mikro, yaitu pada keluarga dan kelompok acuan atau referensi.
1.    Keluarga
Keluarga merupakan dua orang atau lebih yang dikaitkan oleh hubungan darah, perkawinan, atau pengadopsian yang tinggal bersama-sama atau terpisah. Pemasar akan menganalisis keluarga juga sebagai unit terkecil dalam strategi pemasaran. Keluarga yang tinggal dalam sebuah rumah disebut rumah tangga, baik yang rumah tangga bukan keluarga maupun rumah tangga keluarga. Keluarga juga dibagi menjadi dua, yakni keluarga inti (orang tua dan anaknya) dan keluarga luas (keluarga inti ditambah dengan kerabat atau saudara lain). Setiap anggota keluarga memilki pengaruh yang berbeda-beda dalam pengambilan keputusan pembelian atau pengkonsumsian suatu produk atau jasa. Para produsen sangat tertarik terhadap keluarga sebagai sasaran pemasarannya karena sifat mereka dalam berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lainnya itu kuat. Sehingga produsen harus mengetahui atau menganalisis peran anggota keluarga dalam pengambilan keputusan. Menurut Peter, Olson, dan Sumarwan, terdapat peran dalam pengambilan keputusan keluarga, diantaranaya:
1.    Inisiator (Initiator) : Anggota keluarga yang memilki ide untuk memeli suatu produk.
2.    Pemberi pengaruh (Influencer) : Pemberi informasi ke anggota keluarga lainnya tentang suatu produk atau jasa.
3.    Penjaga pintu (Gatekeeper) : Pengontrolan aliran info yang masuk ke dalam keluarga.
4.    Pengambilan keputusan (decides) : Bagian yang memilki keputusan untuk membeli atau tidak suatu produk dan jasa.
5.    Pembeli (buyer) : orang yang akan membeli produk dan jasa.
6.    Pengguna (users) : orang yang menggunakan atau mengkonsumsi produk dan jasa.
7.    Pembuang (disposer) : membuang suatu produk atau memberhentikan penggunaan suatu jasa.
Dari pengambilan keputusan tersebut dapat diketahui bahwa:
1.    Keterlibatan suami atau istri memilki perbedaan yang lebih lebar untuk sebuah produk
2.    Ada perbedaan keputusan khusus untuk setiap pengambilan keputusan antara suami istri terhadap suatuproduk tertentu.
3.    Keterlibatan hal seperti di atas cenderung lebih besar peerbedaannya antara keluarga satu dengan lainnya.
Beberapa jenis strategi umum yang mempengaruhi keluarga adalah sebagai berikut.
1.   Pengaruh ahli, yang sengaja memberikan informasi khusus dari berbagai macam alternatif yang ada.
2. Pengaruh legitimasi, yang mempergunakan perasaan pasangannya untuk mempertimbangkan nilai-nilai yang berkaitan dengan pasangan masing-masing.
3.  Tawar-menawar, yang mengupayakan salah satu pihak unuk mengubah keputusan bersama menjadi keputusan otonomi sebagai imbalan kebaikan atas pasangannya.
4.    Pengaruh imbalan, yang didasarkan pada kombonasi antara strategi kekuatan dengan referensi.
5.    Pengaruh emosional, melinatkan reaksi yang bermuatan emosi.
6.    Pengaruh manajemen kesan, merangkum semua untuk membujuk yang telah disiapkan terlebih dahulu untuk memperkuat pengaruh pembeda seseorang dalam hubungan dua arah.
2.    Kelompok Acuan/ Referensi
Kelompok  acuan/ referensi merupakan termasuk dalam lingkungan sosial mikro. Lingkungan sosial adalah interaksi sosial langsung diantara kelompok-kelompok masyarakat yang lebih kecil seperti kelompok referensi dan sebuah keluarga. Kelompok adalah dua atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai sasaran perorangan maupun bersama. Sedangkan kelompok referensi atau rujukan adalah setiap individu atau kelompok dianggap menjadi dasar pembanding seseorang dalam membentuk nilai dan sikap baik umum atau khusus bagi perilaku (Dwiastuti, dkk, 2012). Faktor yang berdampak pada pengaruh kelompok referensi adalah informasi, pengalaman, kredibilitas, daya tarik, dan kekuatan kelompok referensi.
Menurut Sumarwan (2002), jenis kelompok acuan dibedakan menjadi dua, yaitu
1. Kelompok formal dan  informal
Kelompok formal merupakan kelompok yang memilki struktur organisasi secara tertulis dan keanggotaannya yang terdaftar secara resmi. Sedangkan kelompok informal merupakan kelompok yang tidak memilki struktur organisasi secara tertulis dan resmi serta keanggotaan yang tidak tercatat.
2. Kelompok aspirasi dan disosiasi
Kelompok aspirasi merupakan kelompok yang memperlihatkan keinginan untuk mengikuti norma, nilai, maupun perilaku dari orang lain yang dijadikan kelompok referensi. Sedangkan kelompok disosiasi adalah kelompok yang berusaha untuk menghindari asosiasi dengan kelompok referensinya.
Terdapat beberapa alasan seseorang bergabung dengan sebuah kelompok referensi adalah sebagai berikut.
1.    Mendapatkan pengetahuan yang berharga.
2.    Mendapatkan penghargaan atau menghindari hukuman.
3.    Mendapatkan makna yang digunakan untuk membangun, memodifikasi atau memelihara konsep pribadi mereka.
Seorang produsen akan tertarik pada kemampuan kelompok referensi untuk mengubah sikap dan perilaku konsumen dengan mendorong timbulnya kesesuaian. Hal tersebut bisa dilakukan dengan mengetahui lebih dalam bagaimana karakteristik kelompok referensi tersebut. Adapun menurut  Dwiastuti, dkk(2012), kelompok referensi memilki daya tarik tersendiri dalam pemasaran yaitu melalui daya tarik selebriti, daya tarik tenaga ahli, orang biasa, juru bicara eksekutif dan karyawan, dan sebagainya. Adanya kelompok referensi ini dapat mempengaruhi dalam 3 jenis, yaitu
1.    Pengaruh normatif, yaitu pengaruh dari kelompok referensi terhadap seseorang melalui norma-norma sosial yang harus dipatuhi dan diikuti.
2.    Pengaruh ekspresi nilai, yaitu akan mempengaruhi seseorang melalui fungsinya sebagai pembawa ekspresi nilai.
3.    Pengaruh informasi, yanitu akan mempengaruhi pilihan produk atau merek dari seseorang konsumen karena kelompok referensi yang sangat dipercaya.
Terdapat beberapa pengaruh juga yang diberikan oleh kelompok referensi, yaitu:
1.    Informasional
Memberikan suatu informasi yang berguna kepada konsumen bisa dilakukan secara verbal maupun demonstrasi. Informasi yang diberikan dapat secara sengaja, tidak sengaja, dan bagaimana informasi dapat dipindahkan ke konsumen.
2.    Utilitarian
Berarti bahwa kelompok referensi memiliki kontrol atas imbalan atau hukuman yang penting. Konsumen biasanya menyesuaikan diri dengan keinginan kelompok referensi apabila:
a. Mereka percaya bahwa grup tersebut dapat mengontrol imabalan dan hukuman.
b. Perilakunya nyata atau dapat diketahui oleh kelompok.
c. Mereka mendominasi untuk mendapatkan imbalan atau menghindari hukuman.
3.    Pengaruh ekspresi-nilai
Hal ini mencerminkan makna yang diinginkan.
            Pengaruh kelompok acuan pada produk dan merek adalah sebagai berikut.
1.    Berkaitan dengan sejauh mana produk atau merek adalah sesuatu yang dibutuhkan atau benda yang mewah.
2.    Sejauh mana objek yang sedang dipertanyakan menarik atau dikenal oleh orang lain.

Daftar Pustaka
Dwiastuti, Rini, dkk. 2012. Ilmu Perilaku Konsumen. Malang: Universitas Brawijaya Press