Translate

Senin, 05 November 2018

MAS ZAINAL, PENJUAL SEMPOL LEGENDARIS


MAS ZAINAL, PENJUAL SEMPOL DEPAN TOKO WN

Di sepanjang jalan Telang, Bangkalan, tepatnya di sekitar lingkungan kampus Universitas Trunojoyo Madura terdapat banyak sekali penjual yang menjajakan barang dagangannya. Lingkungan kampus memang menjadi salah satu peluang bisnis atau usaha bagi para pebisnis atau penjual untuk meraut keuntungan karena banyak mahasiswa yang membutuhkan berbagai kebutuhan. Para pedagang menjual mulai dari warung makanan, camilan, berbagai jenis minuman, warung kopi, kebutuhan sandang dan papan (kos), serta kebutuhan perkuliahan. Salah satu dari banyaknya penjual adalah Muhammad Zainal, usia 21 tahun asal kota Malang. Seorang penjual gorengan semacam pentol goreng dikepal pada tusuk dari bambu yang panjang yang dibalut dengan tepung dan sebelum digoreng bisa dicelupkan di telur, yang biasa disebut sempol. Ia tinggal hanya berdua bersama ibunya (usia 48 tahun). Meskipun hanya berdua, akan tetapi mereka sangat bahagia dan tetap mensyukuri segalanya.
Zainal sudah berjualan sempol selama 1 tahun. Selama menjalankan usahanya, Zainal mengalami berbagai keadaan. Ia pernah hampir putus asa karena jualannya tidak laku dan pernah tidak memiliki uang sepeser pun, sehingga membuatnya terpaksa berhutang untuk menyambung hidupnya. Meskipun banyak tantangan yang dialami, tetapi ia dan ibunya tetap sabar dan tips dari mereka yaitu untuk mengambil air wudlu dan menunaikan ibadah sholat yang dapat menenangkan hati dan pikiran.
            Selama ia menjalankan usahanya, sosok ibunya lah yang selalu mendampinginya dan mendukungnya, terutama dalam menyelesaikan segala permasalahan yang terjadi. Sebelum berjualan sempol, ia pernah berjualan mie ayam dan bakso di kota asal. Zainal kini  berencana untuk mengembangkan usahanya, akan tetapi ia lebih berencana untuk meneruskan usaha yang dulu yaitu menjual mie ayam dan bakso. Rencananya, ia akan pulang terlebih dulu ke Malang untuk mengambil segala perlengkapan jualan yang dulu. Setelah pulang, ia akan membuka warung mie ayam dan bakso di daerah Telang. Namun, bisa saja ia tidak meninggalkan untuk penjualan sempolnya juga.
            Semua usaha keras dan keyakinan yang dimiliki Zainal dan ibunya telah menghantarkannya untuk lebih mengembangkan usahanya. Ia percaya bahwa usahanya akan laris manis dengan melihat pangsa pasar yang semakin berpeluang besar yang ada di sekitar lingkungan kampus. Karena juga mengingat akan semakin bertambahnya konsumsi mahasiswa UTM dalam memenuhi kepuasan kebutuhannya. Segala pengalaman pahit dalam berbisnis atau berjualan yang telah dikantonginya, telah dijadikan sebagai pembelajaran saat menjalankan usahanya kini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar