CABAI KETAN BALAS
CABAI OLAHAN KEMASAN
INSTANKAN CABAI MERAH LOKAL SEGAR
Oleh:
Febi Anugraini
Fakultas Pertanian,
Universitas Trunojoyo Madura
Cabai sudah tidak asing lagi didengar oleh
masyarakat Indonesia karena selalu hadir dalam setiap masakan. Cabai merupakan
salah satu komoditi pertanian yang banyak dibudidayakan oleh petani di
Indonesia yang tergolong sebagai tanaman sayuran family terung-terungan ataupun
bumbu sebagai bahan pelengkap makanan. Cabai berasal dari benua Amerika
tepatnya di daerah Peru dan menyebar hingga masuk ke Indonesia. Cabai merah (Capsicum annum L.) adalah salah satu
jenis cabai dari beragam jenis cabai yang ada. Masyarakat pada umumnya hanya
mengenal beberapa jenis cabai saja dari puluhan jenis cabai yaitu cabai merah,
cabai keriting, cabai rawit, dan paprika. Cabai merah lokal Indonesia memiliki
nilai ekonomi yang tinggi dan sejak zaman penjajahan menjadi kesukaan
masyarakat Indonesia dalam hal makanan.
Cabai merah mengandung banyak manfaat yang
baik bagi kesehatan tubuh manusia. Di dalam cabai mengandung anti oksidan yang
berfungsi menjaga tubuh dari serangan radikal bebas, lasparaginase, dan minyak
atsiri capsaicin yang berfungsi untuk mengendalikan zat kanker (Benediktus, 2013).
Zat capsaicin tersebut tersimpan dalam urat putih cabai yang menjadi tempat
melekatnya biji cabai yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan
panas apabila digunakan untuk rempah-rempah atau bumbu dapur. Zat Capsaicin ini
bersifat stomakik yang dapat meningkatkan nafsu makan. Cabai merah juga mengandung
senyawa-senyawa capsaicinoids yang berkaitan
dengan reseptor nyeri di mulut dan kerongkongan yang menyebabkan rasa pedas.
Kemudian reseptor ini mengirimkan sinyal ke otak bahwa sesuatu yang pedas telah
dimakan. Otak merespon sinyal tersebut dengan menaikkan denyut jantung, meningkatkan
pengeluaran keringat, dan melepaskan hormon endorfin (S. Alex). Vitamin C dan
beta karoten (pro vitamin A) yang ada di dalam cabai merah pun cukup tinggi
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kandungan mineralnya bahkan mengungguli
ikan yang terdiri dari kalsium, fosfor, besi, magnesium, potassium, seng, dan
lain-lain. Banyaknya keunggulan dari cabai menjadi tidak heran jika cabai merah
dimasukkan masyarakat Indonesia dalam daftar kebutuhan pokok yang selalu hadir
di setiap masakan harian.
Masyarakat Indonesia mengonsumsi cabai merah
lokal dalam bentuk segar dan olahannya seperti saus, cabai merah kering, dan
tepung cabai yang mana semua olahan tersebut sudah mulai diproduksi oleh
industri sehingga bisa diproduksi dalam jumlah banyak. Cabai bahkan bisa diolah
menjadi ice cream cabai yang belum cukup dikenal oleh masyarakat. Saat ini, alternatif
olahan cabai merah lokal yang inovatif sangat dibutuhkan untuk lebih meningkatkan
daya konsumsi masyarakat terhadap cabai merah lokal, apalagi beberapa tahun ini
harga cabai merah lokal di Indonesia terus berfluktuasi. Perubahan harga cabai
ini tidak terjadi pada cabai merah lokal saja, melainkan beberapa jenis cabai
lain juga seperti cabai keriting dan cabai rawit. Hal ini sangat meresahkan
masyarakat Indonesia karena sangat berpengaruh pada pengeluaran kesehariannya,
apalagi untuk masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani cabai dan para
pengusaha kuliner makanan pedas. Meskipun cabai merah lokal mahal harganya, cabai
merah lokal tetap disukai oleh masyarakat Indonesia karena rasa pedasnya
dibandingkan dengan cabai merah impor yang ada (Widodo, 2017).
Banyak petani cabai merah lokal yang
mengalami kerugian ketika harga cabai merah lokal turun atau anjlok karena harga
jual yang tidak sebanding dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan. Di
Kabupaten Bantul, Yogyakarta, ada seorang petani bernama Widodo yang sampai
mensedekahkan cabai-cabai yang ada di lahannya karena jika nanti dijual akan
tetap mengalami kerugian (Bastioro, 2017). Pada dasarnya, jika harga barang turun akan
membuat banyak konsumen yang membeli barang tersebut dan itu akan menguntungkan.
Akan tetapi, tidak untuk para petani cabai yang justru merugi jika dijual
karena harga jual cabai merah sendiri lebih kecil dari biaya produksinya. Berbeda
dengan saat harga cabai mengalami kenaikan. Hal ini justru dua kali lebih
menggencarkan dibanding dengan turunnya harga cabai. Bahkan pemerintah juga
kebingungan mengatasi akan hal tersebut karena dampak kenaikan harga cabai
ternyata berimbas pada inflasi negara. Kenaikan harga cabai ini tidak lain disebabkan
oleh minimnya jumlah pasokan cabai yang diproduksi petani cabai.
Cuaca buruk baik yang musim penghujan ataupun
musim kering yang ekstrim menjadi penyebab para petani cabai mengalami
kegagalan panen. Jumlah pasokan cabai yang dihasilkan menjadi sedikit, sehingga
mengakibakan tingginya harga cabai. Selain itu, panjangnya rantai distribusi
cabai juga menjadi penyebab tingginya harga cabai. Menteri Pertanian, Amran
sulaiman, mengatakan bahwa kenaikan harga cabai yang terjadi disebabkan oleh
faktor cuaca dan distribusi (Lestari, 2017). Berikut adalah rantai distribusi
cabai menurut Tim Liputan CNN Indonesia (2018).
Petani → Pengepul → Tengkulak besar → Pasar induk →
Tengkulak kecil → Pedagang pasar → Pedagang warung → Konsumen Rumah Tangga.
Dari gambaran rantai distribusi tersebut,
dapat diketahui betapa panjangnya proses pendistribusian cabai merah hingga ke
tangan konsumen rumah tangga. Harga yang diberikan petani awalnya sebesar Rp.
65.000-70.000 per kg, dan sampai ke pedagang pasar harganya sudah mencapai Rp.
80.000-100.000 per kg, belum lagi sampai ke konsumen rumah tangga. Panjangnya
rantai distribusi yang ada membuat semakin banyaknya biaya yang dibutuhkan,
seperti biaya BBM, biaya operasional, dan biaya logistik yang memicu semakin
tingginya harga jual cabai. Belum juga mengenai adanya pengemasan cabai yang
berdatangan dari luar daerah yang tidak dikemas secara khusus. Biasanya cabai
hanya dimasukkan ke karung goni atau plastik, kemudian hanya dilempar dan
ditumpuk begitu saja ke transportasi yang mengangkut sehingga tidak heran jika
banyak cabai yang rusak, patah-patah, bahkan membusuk ketika sampai ditempat tujuan.
Akibatnya jumlah cabai merah lokal bagus yang akan dijual menjadi sedikit, harga
jual cabai cacat tersebut akan menurun, bahkan tidak akan laku (Setiadi, 2008).
Sekarang ini ada beberapa olahan cabai merah
lokal baru yang dapat meningkatkan daya konsumsi masyarakat terhadap olahan
cabai merah lokal diantaranya adalah abon cabai, cabai kering serbuk kasar, dan
bubur cabai merah original. Produk olahan tersebut juga bisa dijadikan
alternatif pengganti cabai merah lokal segar pada waktu tertentu yang mendesak. Berikut adalah penjelasannya.
1. Abon Cabai
Abon cabai ini berbeda dengan abon pada
umumnya yang menggunakan suwiran daging. Abon cabai ini dibuat original agar
rasa pedasnya benar-benar terasa. Membuat abon cabai ini bisa dilakukan sendiri
di rumah karena memang pembuatannya yang tidak begitu sulit dan tidak
membutuhkan peralatan atau mesin-mesin seperti di industrian. Pembuatan abon
cabai yang pertama harus dilakukan adalah mencuci bersih cabai merah lokal dari
tangkainya, mengeringkan cabai merah lokal hingga mudah diremukkan, bisa
menggunakan oven. Setelah cabai merah kering, kemudian menghancurkan cabai
merah kering tersebut atau bisa dengan diblender. Siapkan bumbu-bumbu rempah
yang sudah dihaluskan, seperti bawang merah, bawang putih, ketumbar, gula
merah, dan garam, lalu ditumis menggunakan sedikit minyak. Tambahkan cabai
merah kering yang sudah dihaluskan tadi, kemudian diaduk sampai merata dan
terlihat sangat kering, lalu didinginkan. Abon cabai sudah siap dikemas dan
bisa dinikmati dengan sajian makanan yang diinginkan. Apabila menginginkan abon
cabai bisa bertahan lama, maka bisa ditambahkan dengan natrium benzoat.
2.
Cabai Merah
Kering Serbuk
Cabai merah kering berbentuk serbuk kasar dengan yang utuh sebenarnya sama, hanya saja
bentuknya yang menjadi serbuk. Bentuk cabai kering serbuk ini lebih
menginstankan pengonsumsian. Cabai kering serbuk ini diolah dengan mesin penggiling
serbuk atau menggunakan mesin blender dan bisa juga ditumbuk secara manual tetapi
akan memakan waktu yang lama. Jadi, setelah cabai merah segar dikeringkan, cabai
dijadikan serbuk melalui mesin tadi atau ditumbuk, kemudian ditambah sedikit
garam, dan disangrai serta dikemas jika sudah dingin. Cabai merah kering serbuk
sama halnya dengan cabai kering utuh, karena sifatnya yang lebih tahan lama
bisa menekan kerugian petani dan pedagang-pedagang yang takut cabai merah yang tidak
laku dijual akan membusuk. Selain meminimalisir cabai merah lokal yang cepat
membusuk dalam beberapa hari jika dibiarkan di ruang terbuka, cabai merah
kering juga terbukti lebih memiliki rasa pedas yang semakin menyengat
(Setiawati: 2016). Penggunaan cabai merah kering serbuk ini jauh lebih mudah,
karena cukup menaburkan ke dalam masakan saja tanpa direndam terlebih dahulu ke
dalam air hangat seperti penggunaan cabai merah kering yang utuh. Cabai merah
kering serbuk ini bisa menjadi lebih awet jika diolah dengan pengawet seperti natrium
benzoat yang sesuai dengan takarannya.
3.
Bubur Cabai Merah Lokal
Cabai merah lokal segar yang ini diolah
menjadi bubur cabai merah original. Jadi cabai merah diolah dengan cara
dihaluskan menggunakan mesin giling. Bubur cabai merah yang dibuat ini tidak terdapat
tambahan bumbu rempah lainnya, cukup ditambah dengan garam. Hal ini agar rasa
cabainya benar-benar rasa cabai merah asli. Cabai merah halus ini juga
menginstankan para konsumen mengolah cabai merah untuk dijadikan masakan.
Pengonsumsiannya tinggal menambahkan bumbu rempah lainnya sesuai masakan.
Bahkan cabai rawit bisa dibentuk halus sekalian agar tinggal dituang dimasakan
sesuai dengan makanan yang akan dibuat.
Pembuatan bubur cabai merah ini cukup mudah,
singkatnya yaitu dengan memilih cabai merah lokal segar yang bagus, pisahkan
dari tangkainya, kemudian dicuci dengan bersih, lalu digiling. Kemudian
dicampur dengan natrium benzoat agar tahan lama dan garam secukupnya, lalu
dipanaskan sebagai proses pasteurisasi, aduk sampai kental merata dan terakhir
bubur cabai merah bisa dikemas dengan kemasan yang menarik. Bisa berupa kemasan
botol, sachet, kotak, dan sebagainya yang bisa menambah nilai jual juga serta
menarik selera konsumen terhadap hasil produksi yang inovatif.
Beberapa olahan cabai merah lokal tadi akan
memberi peluang kepada para petani dan pengusaha atau industri makanan untuk
bermitra, memproduksi cabai merah lokal segar tersebut dalam jumlah lebih
banyak dan dilakukan pengolahan, diberi kemasan yang menarik, serta dipasarkan
ke seluruh Indonesia. Kelebihan dari petani yang bermitra dengan industri
terutama industri pengolahan adalah petani mendapatkan jaminan pasar, mendapat
harga jual cabai yang wajar dan stabil sesuai dengan kontrak yang telah
disepakati bagaimana pun kondisinya (Hamid, 2012). Jadi, meskipun harga cabai
merah lokal sedang naik, masyarakat tetap berselera mengonsumsi cabai merah lokal
dengan harga yang tetap dengan olahan cabai merah tersebut. Jika industri
memproduksi olahan cabai merah dalam jumlah banyak dan bervarian, maka akan
membutuhkan tenaga kerja lebih banyak sesuai kebutuhan sehingga dapat
menciptakan peluang kerja bagi masyarakat sekitarnya.
Hal ini bisa dilakukan secara maksimal pada
akhir musim panen raya dan panen pada awal musim hujan yang dapat menjadi stok
ketika jumlah pasokan cabai merah lokal sedikit sehingga masyararakat masih
bisa menikmati pedasnya cabai merah lokal pada saat itu.. Dengan hal ini akan
menekan tingginya pengaruh kenaikan harga cabai merah yang membuat inflasi
berkurang. Bahkan dari hasil produksi olahan cabai merah tersebut jika sampai
mampu mengekspor akan ikut menambah pendapatan negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Benediktus, Theodora Engko. 2013. Ketahanan
Kultivar Cabai Rawit (Capsicum
frutescent L.)terhadap jamur Colletotrichum capsici (Syd.) Bulter&Bisby Penyebab Penyakit Antraknosa di http://digilib.unila.ac.id.
frutescent L.)terhadap jamur Colletotrichum capsici (Syd.) Bulter&Bisby Penyebab Penyakit Antraknosa di http://digilib.unila.ac.id.
Hamid, Abdul dan Munir Haryanto. 2012. Untung Besar dari Bertanam Cabai Hibrida.
Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Jakarta: AgroMedia Pustaka.
S, Alex. Usaha
Tani Cabai. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Setiadi. 2008. Bertanam
Cabai. Jakarta: Penebar Swadaya.
Setiawati, Odilla Winneke.
2016.Cara Tepat Memakai Cabai Merah Kering
di https://m.detik.com/food/cooking&tips/d-3256336
(akses 12 Juni 2018).
Widodo, Slamet. 2017. https://regional.kompas.com/read/2012/02/22/17564551.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar