Translate

Selasa, 02 Januari 2018

Budidaya Jamur Tiram




TUGAS AKHIR PENGANTAR AGRIBISNIS
HOME INDUSTRY BUDIDAYA JAMUR TIRAM
DUSUN TIKUNGAN DESA GUDO KECAMATAN GUDO
KABUPATEN JOMBANG





Disusun oleh:
FEBI ANUGRAINI
(170321100067)



PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2017

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

            Negara Indonesia mendapat julukan sebagai negara agraris karena sektor pertaniannya yang mendominasi dan mayoritas penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani. Dalam pertanian terdapat suatu kegiatan usaha yang bersifat komersil dimulai dari subsistem hulu sampai hilir dan didukung oleh subsistem penunjang yang disebut agribisnis. Dalam pendekatan agribisnis sasarannya bukanlah meningkatnya produksi pertanian melainkan lebih menekankan pada meningkatnya kesejahteraan petani dan tangguhnya sektor pertanian secara keseluruhan (Anita & Salawati, 2011). Agribisnis dikatakan terintegrasi atau terpadu apabila dalam subsistem agribisnis saling berkaitan satu sama lain. Mulai dari pengadaan sarana produksi, pemberdayaan, pengolahan komoditas sampai menjadi barang setengah jadi atau jadi, didukung oleh penunjang, hingga pemasaran ke berbagai daerah.
            Jamur merupakan salah satu jenis tanaman yang sangat bermanfaat jika dibudidayakan. Ada banyak jenis jamur di dunia, baik yang beracun atau tidak beracun. Namun yang dibudidayakan dalam hal ini adalah jamur tiram yang memiliki nama latin Pleurotus ostreatus. Beberapa hal yang membuat jamur sangat diminati oleh masyarakat, salah satunya jamur merupakan produk yang memiliki gizi yang tinggi. Kandungan protein yang tinggi pada jamur mampu mensubtitusi protein hewani yang memiliki kandungan zat-zat yang berpotensi menyembuhkan penyakit berbahaya seperti kanker, diabet, kolesterol, darah tinggi, dan sebagainya (Vivandri, 2010). Jamur tiram juga banyak dijadikan masyarakat sebagai hidangan makanan seperti oseng-oseng, sayur capjay, botok, cemilan jamur crispy, dan lain sebagainya. Selain harganya yang murah, rasanya juga cocok di lidah masyarakat Indonesia.
Peluang usaha budidaya jamur tiram di Indonesia masih sangat besar, sehingga keuntungan yang diraih juga besar. Omzet usaha jamur tiram bisa sampai puluhan juta perbulan. Tergantung banyaknya permintaan pasar juga. Banyak petani muda yang mulai merambah usaha jamur tiram, seperti salah satu petani muda di Jombang yang sedang menjalani bisnis jamur tiram yaitu Yoggo Setyono (28 tahun). Oleh karena itu, tujuan saya menulis laporan ini adalah untuk membahas usaha budidaya jamur tiram tersebut secara lebih mendalam.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam laporan ini adalah sebagai berikut.
1.     Apa saja tahapan-tahapan dalam budidaya jamur tiram?
2.     Bagaimana proses pembibitan, pembudidayaan, pengolahan, serta pendistribusian jamur tiram?
3.     Apa ada keterkaitannya antara subsistem satu dengan yang lainnya?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut.
  1. Mengetahui tahapan-tahapan dalam budidaya jamur tiram.
  2. Mengklasifikasikan setiap proses produksi jamur tiram ke dalam subsistem yang ada di agribisnis.
  3. Mengetahui keterkaitan dalam kegiatan produksi jamur tiram dengan subsistem yang ada di agribisnis.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Subsistem Hulu

               Subsistem hulu merupakan kegiatan untuk pengadaan sarana produksi yaitu mengadakan bahan, alat, bibit, dan mesin yang dibutuhkan dalam usahatani atau budidaya pertanian. Dalam usaha Home Industry pembudidayaan jamur tiram ini kegiatan-kegiatan yang mencakup subsistem hulu diantaranya sebagai berikut.
1. Lahan
Lahan yang digunakan adalah tempat yang tertutup atau lembab seperti rumah atau gubuk. Hal ini dilakukan karena pada dasarnya jamur hidup pada lingkungan yang lembab, sehingga jamur bisa hidup dengan baik. Lahan yang disediakan pun harus mencukupi. Karena dalam budidaya jamur tiram dibutuhkan tempat juga untuk setiap prosesnya.
2.   Bibit
Bibit jamur tiram terdiri dari dua macam yaitu padi dan jagung. Dalam usaha ini pengadaan bibit jamur tiramnya menggunkan jenis padi. Menurut pemilik usaha budidaya jamur tiram ini, penggunaan bibit padi dinilai lebih efektif karena resiko kerusakan pada jamur yang dihasilkan lebih sedikit daripada bibit jagung.
3.   Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam budidaya jamur tiram adalah sekrup dalam proses pengadukan bahan-bahan, drum minyak untuk mengkukus bibit, rak jamur, selang air, cincin untuk penutup baglog, dan alat pres untuk baglog.

Selain beberapa hal di atas, juga terdapat pengadaan kalsium, tetes, serbuk kayu (grajen) sengon, dan air. Untuk lebih jelasnya berikut adalah proses awal budidaya jamur tiram yang diawali dengan pembuatan baglog (media jamur kayu).
·      Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah:
  1. Bibit
  2. Serbuk kayu (grajen) sengon
  3. Bekatul
  4. Kalsium
  5. Tetes (nutrisi jamur)
  6. Air
·      Cara pembuatan baglog adalah:
  1. aduk seluruh bahan sampai tercampur rata dengan takaran 40 kg serbuk kayu sengon,  15 kg bekatul, 1 kg  kalsium, 1 liter tetes, dan 70 liter air. Lingkungan atau tempat yang digunakan harus steril.
  2. Diamkan selama semalam dengan ditutup menggunakan terpal.
  3. Kemudian masukkan ke dalam plastik baglog dengan menggunakan alat pres plastik baglog dan ditutup dengan cincin penutup baglog.
  4. Kukus baglog selama 5 jam. Kemudian diamkan sampai dingin. Lalu, diberi bibit.
  5. Kemudian letakkan baglog tersebut ke dalam rak-rak tempat jamur tumbuh.

Setelah baglog diletakkan dalam rak-rak, tunggu selama 40 hari yang kemudian tumbuh bibit jamur tiram. Setelah akar jamur menyebar, tutup cincin baglog harus dibuka agar jamur dapat tumbuh keluar.

2.2   Subsistem On Farm (Budidaya)

Setelah pembuatan baglog, proses selanjutnya adalah budidaya jamur tiramnya. Seperti yang telah dijelaskan di atas, budidaya dilakukan di tempat yang tertutup karena untuk menjaga kelembapan udara. Selama proses budidaya hanya memantau keadaan sekitar dan melakukan penyiraman tanaman serta dasar lantainya. Pemantauan dilakukan jika ada hama yang menyerang seperti adanya tikus. Tikus akan banyak bermunculan saat proses pembibitan karena tercium bau bibit jamurnya. Saat itulah harus sering dilakukan pengecekan. Jika ada plastik baglog yang lubang, segera ditutup kembali dengan isolasi agar bibit jamur yang masih ada tetap bisa tumbuh.
Penyiraman secara normal dilakukan selama 3 kali yaitu pagi, siang, dan sore. Apabila cuaca sangat panas penyiraman dilakukan lebih sering untuk menjaga kelembapan udara. Apabila cuaca sedang hujan, tidak dilakukan penyiraman, bahkan diberikan penerangan lampu agar jamur tidak terlalu lembap sehingga terhindar dari kerusakan.

2.3    Subsistem Hilir Pengolahan

Jamur tiram yang sudah siap dipanen ditandai dengan menipisnya permukaan pinggir jamur, meskipun jamur masih berukuran kecil ataupun besar. Dalam usaha milik bapak Yoggo ini, jamur yang sudah dipanen ada yang dijual langsung dan ada yang diolah menjadi kripik atau yang sering dikenal dengan istilah jamur crispy. Berikut proses pengolahan jamur tiram menjadi jamur crispy.
a.   Setelah jamur dipetik, suwir-suwir atau potong kecil-kecil jamur sesuai selera
b.   Rendam jamur ke dalam air selama kurang lebih 15 menit (sebagai proses pencucian). Lalu tiriskan.
c.   Campurkan jamur dengan tepung yang sudah diberi bumbu.
d.   Goreng jamur yang sudah terbalut tepung, kemudian tiriskan dan diamkan selama kurang lebih semalam.
e.   Lalu goring kembali jamurnya
f.     Tiriskan dengan spinner untuk mengurangi atau menghilangkan kadar minyaknya.
g.   Jamur crispy siap dikemas. Untuk rasa selain original ditambahkan dengan bumbu serbuk sesuai rasa. Dalam home industry ini tersedia rasa original, balado, extra pedas, dan pedas manis.

2.4    Subsistem Hilir Pemasaran

Home industry milik bapak Yoggo ini memasarkan produk jamur tiramnya dalam dua bentuk, yaitu jamur yang masih mentah dan sudah diolah menjadi jamur crispy. Untuk produk jamur yang mentah dijual di pasar-pasar daerah sekitar, tengkulak-tengkulak dan juga langsung ke konsumen akhir. Pembelian jamur mentah bisa langsung mendatangi rumah pemilik juga bisa memesan yang kemudian dikirim ke rumah pemesan. Untuk pelanggan tetap atau tengkulak biasanya diberi harga Rp. 13.000 per kg dan untuk pembeli biasa dihargai Rp. 15.000 per kg.
Pemasaran jamur yang sudah diolah menjadi jamur crispy dilakukan secara langsung dan online. Secara langsung biasanya dijualkan atau dititipkan ke toko-toko dan dijual ke anak-anak SD. Sedangkan yang secara online sudah dipasarkan sampai wilayah Surabaya dan Lamongan. Jamur crispy dikemas dalam dua bentuk yaitu kemasan 150 gr dengan harga Rp. 10.000 dan kemasan 25 gr dengan harga Rp. 2.000 yang biasa dijual kepada anak-anak SD. Untuk pembelian online, pemilik memberi harga Rp.11.000 (pemesanan di atas 5 buah) dan Rp. 12.000 (pemesanan di bawah 5 buah).

2.5    Subsistem Penunjang

Selama bapak Yoggo menjalankan bisnisnya, beliau sendiri yang mengantar pesanan untuk dalam kota. Selain itu, untuk sampai ke tangan konsumen akhir juga melalui para tengkulak. Dalam memasarkan produknya, hanya sepeda motor dan alat komunikasi yang menjadi sarana penunjang usahanya. Untuk penjualan secara online ke luar kota, bapak Yoggo menggunakan jasa pengiriman paket untuk mempermudah produk sampai ke tangan konsumen.

2.6    Keterkaitan antara Subsistem Satu dengan Subsistem Lainnya

Usaha budidaya jamur tiram milik bapak Yoggo di Jombang menunjukkan contoh usaha agribisnis yang terintegrasi. Usaha ini terdapat kegiatan dari hulu sampai hilir yang dilakukan oleh pemilik usahanya sendiri, mulai dari kegiatan pengadaan bibit jamur tiram, alat-alat, dan bahan-bahan yang dibutuhkan, proses pembudidayaan jamur tiram, pengolahan jamur tiram menjadi jamur crispy, hingga kegiatan pemasaran yang dilakukan tersebut terjadi saling berkaitan atau berhubungan satu sama lain.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

            Suatu usaha dikatakan terintegrasi apabila usaha tersebut mencakup semua kegiatan dari subsistem hulu hingga hilir dan ada subsistem penunjangnya. Dalam hal ini, Home industry budidaya jamur tiram milik pak Yoggo termasuk suatu usaha yang terintegrasi karena mulai dari pengadaan bibit jamur tiram, budidaya tanaman jamur tiram, proses pengolahan menjadi jamur crispy, hingga dipasarkan berupa jamur tiram mentah dan jamur crispy tadi. Pemasaran tidak hanya dilakukan di dalam kota saja, namun ke luar kota juga dengan memakai jasa pengiriman paket barang. Usaha milik pak Yoggo sudah sukses di dalam kota dan sedang merambah ke luar kota.

3.2 Saran

            Dari contoh usaha home industry budidaya jamur tiram milik bapak Yoggo di Jombang di atas alangkah baiknya jika pemasaran tidak hanya dalam bentuk jamur crispy saja, melainkan ditambah dengan variasi lainnya seperti sosis jamur tiram, membuka rumah makan khusus olahan jamur, dan sebagainya. Hal itu bisa dilakukan untuk meningkatkan nilai jual jamur tiram agar lebih diminati oleh konsumen, juga disertai dengan penambahan tenaga kerja. Sehingga selain usaha tersebut bertambah keuntungannya juga menciptakan lapangan kerja bagi warga masyarakat sekitar yang belum mendapatkan pekerjaan.

DAFTAR PUSTAKA


Anita, A. S., & Salawati, U. (2011). Analisis Pendapatan Penerima Bantuan Langsung Masyarakat-Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan ( BLM-PUAP ) di Kabupaten Barito Kuala. Agribisnis Perdesaan, 1(4), 285–303.
Vivandri, O. (2010). STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA JAMUR TIRAM PUTIH PADA TRISNO INSAN MANDIRI MUSHROOM (TIMMUSH) DESA CIBUNTU KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR.


LAMPIRAN

Dokumentasi
































 








                                                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar