TUGAS AKHIR PENGANTAR AGRIBISNIS
HOME
INDUSTRY BUDIDAYA JAMUR TIRAM
DUSUN
TIKUNGAN DESA
GUDO KECAMATAN GUDO
KABUPATEN JOMBANG
Disusun oleh:
FEBI ANUGRAINI
(170321100067)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia mendapat julukan
sebagai negara agraris karena sektor pertaniannya yang mendominasi dan mayoritas penduduk
Indonesia bermata pencaharian sebagai petani. Dalam pertanian terdapat suatu
kegiatan usaha yang bersifat komersil dimulai dari subsistem hulu sampai hilir dan didukung oleh subsistem
penunjang yang disebut agribisnis. Dalam pendekatan agribisnis sasarannya bukanlah meningkatnya
produksi pertanian melainkan lebih menekankan pada meningkatnya kesejahteraan
petani dan tangguhnya sektor pertanian secara keseluruhan (Anita & Salawati, 2011). Agribisnis
dikatakan terintegrasi atau terpadu apabila dalam subsistem agribisnis saling
berkaitan satu sama lain. Mulai dari pengadaan sarana produksi, pemberdayaan,
pengolahan komoditas sampai menjadi barang setengah jadi atau jadi, didukung
oleh penunjang, hingga pemasaran ke berbagai daerah.
Jamur merupakan salah satu jenis
tanaman yang sangat bermanfaat jika dibudidayakan. Ada banyak jenis jamur di
dunia, baik yang beracun atau tidak beracun. Namun yang dibudidayakan dalam hal
ini adalah jamur tiram
yang memiliki nama latin Pleurotus
ostreatus. Beberapa hal yang membuat jamur sangat diminati oleh masyarakat, salah
satunya jamur merupakan
produk yang memiliki gizi yang tinggi. Kandungan protein yang tinggi pada jamur
mampu mensubtitusi protein hewani yang memiliki kandungan zat-zat yang
berpotensi menyembuhkan penyakit berbahaya seperti kanker, diabet, kolesterol,
darah tinggi, dan sebagainya (Vivandri, 2010). Jamur tiram juga banyak dijadikan
masyarakat sebagai hidangan makanan seperti oseng-oseng, sayur capjay, botok, cemilan jamur
crispy, dan lain sebagainya. Selain harganya yang murah, rasanya juga cocok di
lidah masyarakat Indonesia.
Peluang
usaha budidaya jamur tiram di
Indonesia masih sangat besar, sehingga keuntungan yang diraih juga besar. Omzet
usaha jamur tiram bisa sampai puluhan juta perbulan. Tergantung banyaknya
permintaan pasar juga. Banyak petani muda yang mulai merambah usaha jamur
tiram, seperti salah satu petani muda di Jombang yang sedang menjalani bisnis
jamur tiram yaitu Yoggo Setyono (28 tahun). Oleh karena itu, tujuan saya menulis
laporan ini adalah untuk membahas usaha budidaya jamur tiram tersebut secara
lebih mendalam.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah
dalam laporan ini adalah
sebagai berikut.
1.
Apa saja tahapan-tahapan dalam budidaya jamur tiram?
2.
Bagaimana proses pembibitan, pembudidayaan, pengolahan, serta pendistribusian jamur tiram?
3.
Apa
ada keterkaitannya antara subsistem satu dengan yang lainnya?
1.3 Tujuan
Tujuan dari
pembuatan
laporan ini adalah sebagai berikut.
- Mengetahui tahapan-tahapan dalam budidaya jamur tiram.
- Mengklasifikasikan setiap proses produksi jamur tiram ke dalam
subsistem yang ada di agribisnis.
- Mengetahui keterkaitan dalam kegiatan produksi jamur
tiram dengan subsistem yang ada di agribisnis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Subsistem Hulu
Subsistem hulu
merupakan kegiatan untuk pengadaan sarana produksi yaitu mengadakan bahan,
alat, bibit, dan mesin yang dibutuhkan dalam usahatani atau budidaya pertanian.
Dalam usaha Home Industry pembudidayaan
jamur tiram ini kegiatan-kegiatan yang mencakup subsistem hulu diantaranya sebagai
berikut.
1. Lahan
Lahan yang
digunakan
adalah tempat
yang tertutup atau lembab seperti rumah atau gubuk. Hal ini dilakukan karena
pada dasarnya jamur hidup pada lingkungan yang lembab, sehingga jamur bisa
hidup dengan baik. Lahan yang disediakan pun harus mencukupi. Karena dalam
budidaya jamur tiram dibutuhkan tempat juga untuk setiap prosesnya.
2.
Bibit
Bibit jamur tiram terdiri dari
dua macam yaitu padi dan jagung. Dalam usaha ini pengadaan bibit jamur tiramnya
menggunkan jenis padi. Menurut pemilik usaha budidaya jamur tiram ini, penggunaan bibit padi dinilai lebih
efektif karena resiko kerusakan pada jamur yang dihasilkan lebih sedikit daripada
bibit jagung.
3.
Alat-alat
Alat-alat yang
digunakan
dalam budidaya jamur tiram adalah sekrup dalam proses pengadukan bahan-bahan,
drum minyak untuk mengkukus bibit, rak jamur, selang air, cincin untuk penutup
baglog, dan alat pres untuk baglog.
Selain
beberapa hal di atas, juga terdapat pengadaan kalsium, tetes, serbuk kayu
(grajen) sengon, dan air. Untuk lebih jelasnya berikut adalah proses awal
budidaya jamur tiram yang diawali dengan pembuatan baglog (media jamur kayu).
·
Bahan-bahan
yang dibutuhkan adalah:
- Bibit
- Serbuk
kayu (grajen) sengon
- Bekatul
- Kalsium
- Tetes
(nutrisi jamur)
- Air
·
Cara
pembuatan baglog adalah:
- aduk
seluruh bahan sampai tercampur rata dengan takaran 40 kg serbuk kayu
sengon, 15 kg bekatul, 1 kg kalsium, 1 liter tetes, dan 70 liter
air. Lingkungan atau tempat yang digunakan harus steril.
- Diamkan
selama semalam dengan ditutup menggunakan terpal.
- Kemudian
masukkan ke dalam plastik baglog dengan menggunakan alat pres plastik baglog
dan ditutup dengan cincin penutup baglog.
- Kukus
baglog selama 5 jam. Kemudian diamkan sampai dingin. Lalu, diberi bibit.
- Kemudian
letakkan baglog tersebut ke dalam rak-rak tempat jamur tumbuh.
Setelah
baglog diletakkan dalam rak-rak, tunggu selama 40 hari yang kemudian tumbuh
bibit jamur tiram. Setelah akar jamur menyebar, tutup cincin baglog harus
dibuka agar jamur dapat tumbuh keluar.
2.2
Subsistem On Farm (Budidaya)
Setelah pembuatan baglog, proses selanjutnya
adalah budidaya jamur tiramnya. Seperti yang telah dijelaskan di atas, budidaya
dilakukan di tempat yang tertutup karena untuk menjaga kelembapan udara. Selama
proses budidaya hanya memantau keadaan sekitar dan melakukan penyiraman tanaman
serta dasar lantainya. Pemantauan dilakukan jika ada hama yang menyerang
seperti adanya tikus. Tikus akan banyak bermunculan saat proses pembibitan karena
tercium bau bibit jamurnya. Saat itulah harus sering dilakukan pengecekan. Jika
ada plastik baglog yang lubang, segera ditutup kembali dengan isolasi agar
bibit jamur yang masih ada tetap bisa tumbuh.
Penyiraman secara normal dilakukan selama 3 kali
yaitu pagi, siang, dan sore. Apabila cuaca sangat panas penyiraman dilakukan
lebih sering untuk menjaga kelembapan udara. Apabila cuaca sedang hujan, tidak
dilakukan penyiraman, bahkan diberikan penerangan lampu agar jamur tidak
terlalu lembap sehingga terhindar dari kerusakan.
2.3 Subsistem Hilir Pengolahan
Jamur tiram yang sudah siap dipanen ditandai
dengan menipisnya permukaan pinggir jamur, meskipun jamur masih berukuran kecil
ataupun besar. Dalam usaha milik bapak Yoggo ini, jamur yang sudah dipanen ada
yang dijual langsung dan ada yang diolah menjadi kripik atau yang sering
dikenal dengan istilah jamur crispy. Berikut proses pengolahan jamur
tiram menjadi jamur crispy.
a. Setelah
jamur dipetik, suwir-suwir atau potong kecil-kecil jamur sesuai selera
b. Rendam
jamur ke dalam air selama kurang lebih 15 menit (sebagai proses pencucian).
Lalu tiriskan.
c. Campurkan
jamur dengan tepung yang sudah diberi bumbu.
d. Goreng
jamur yang sudah terbalut tepung, kemudian tiriskan dan diamkan selama kurang
lebih semalam.
e. Lalu
goring kembali jamurnya
f. Tiriskan
dengan spinner untuk mengurangi atau menghilangkan kadar minyaknya.
g. Jamur
crispy siap dikemas. Untuk rasa selain original ditambahkan dengan bumbu serbuk
sesuai rasa. Dalam home industry ini tersedia rasa original, balado, extra pedas,
dan pedas manis.
2.4 Subsistem Hilir Pemasaran
Home industry milik bapak Yoggo ini memasarkan
produk jamur tiramnya dalam dua bentuk, yaitu jamur yang masih mentah dan sudah
diolah menjadi jamur crispy. Untuk produk jamur yang mentah dijual di pasar-pasar
daerah sekitar, tengkulak-tengkulak dan juga langsung ke konsumen akhir.
Pembelian jamur mentah bisa langsung mendatangi rumah pemilik juga bisa memesan
yang kemudian dikirim ke rumah pemesan. Untuk pelanggan tetap atau tengkulak
biasanya diberi harga Rp. 13.000 per kg dan untuk pembeli biasa dihargai Rp.
15.000 per kg.
Pemasaran jamur yang sudah diolah menjadi jamur crispy
dilakukan secara langsung dan online. Secara langsung biasanya dijualkan
atau dititipkan ke toko-toko dan dijual ke anak-anak SD. Sedangkan yang secara
online sudah dipasarkan sampai wilayah Surabaya dan Lamongan. Jamur crispy
dikemas dalam dua bentuk yaitu kemasan 150 gr dengan harga Rp. 10.000 dan
kemasan 25 gr dengan harga Rp. 2.000 yang biasa dijual kepada anak-anak SD.
Untuk pembelian online, pemilik memberi harga Rp.11.000 (pemesanan di atas 5
buah) dan Rp. 12.000 (pemesanan di bawah 5 buah).
2.5 Subsistem Penunjang
Selama
bapak Yoggo menjalankan bisnisnya, beliau sendiri yang mengantar pesanan untuk
dalam kota. Selain itu, untuk sampai ke tangan konsumen akhir juga melalui para
tengkulak. Dalam memasarkan produknya, hanya sepeda motor dan alat komunikasi
yang menjadi sarana penunjang usahanya. Untuk penjualan secara online ke luar
kota, bapak Yoggo menggunakan jasa pengiriman paket untuk mempermudah produk
sampai ke tangan konsumen.
2.6 Keterkaitan antara Subsistem Satu dengan
Subsistem Lainnya
Usaha
budidaya jamur tiram milik bapak Yoggo di Jombang menunjukkan contoh usaha
agribisnis yang terintegrasi. Usaha ini terdapat kegiatan dari hulu sampai
hilir yang dilakukan oleh pemilik usahanya sendiri, mulai dari kegiatan
pengadaan bibit jamur tiram, alat-alat, dan bahan-bahan yang dibutuhkan, proses
pembudidayaan jamur tiram, pengolahan jamur tiram menjadi jamur crispy, hingga
kegiatan pemasaran yang dilakukan tersebut terjadi saling berkaitan atau
berhubungan satu sama lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suatu
usaha dikatakan terintegrasi apabila usaha tersebut mencakup semua kegiatan
dari subsistem hulu hingga hilir dan ada subsistem penunjangnya. Dalam hal ini, Home industry budidaya jamur tiram milik pak Yoggo termasuk suatu
usaha yang terintegrasi karena mulai dari pengadaan bibit jamur tiram, budidaya
tanaman jamur
tiram, proses pengolahan menjadi jamur crispy, hingga dipasarkan berupa jamur tiram mentah dan jamur crispy tadi. Pemasaran tidak hanya
dilakukan di dalam kota saja,
namun ke luar kota juga
dengan memakai jasa pengiriman paket barang. Usaha milik pak Yoggo sudah sukses
di dalam kota dan sedang merambah ke luar kota.
3.2 Saran
Dari
contoh usaha home industry budidaya jamur tiram milik bapak Yoggo di Jombang di
atas alangkah baiknya jika pemasaran tidak hanya dalam bentuk jamur crispy
saja, melainkan ditambah dengan variasi lainnya seperti sosis jamur tiram,
membuka rumah makan khusus olahan jamur, dan sebagainya. Hal itu bisa dilakukan
untuk
meningkatkan nilai jual jamur tiram agar lebih diminati oleh konsumen, juga disertai dengan
penambahan tenaga kerja. Sehingga selain usaha tersebut bertambah keuntungannya
juga menciptakan lapangan kerja bagi warga masyarakat sekitar yang belum
mendapatkan pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anita, A. S., & Salawati, U. (2011). Analisis Pendapatan
Penerima Bantuan Langsung Masyarakat-Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (
BLM-PUAP ) di Kabupaten Barito Kuala. Agribisnis Perdesaan, 1(4),
285–303.
Vivandri, O. (2010).
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA JAMUR TIRAM PUTIH PADA TRISNO INSAN MANDIRI
MUSHROOM (TIMMUSH) DESA CIBUNTU KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR.
LAMPIRAN
Dokumentasi