PAPER DASAR-DASAR MANAJEMEN
MOTIVASI
Disusun Oleh:
Kelompok 7
WIDI DWI LESTARI (170321100001)
NURIL LAILIL MUHARROMAH (170321100005)
FEBI ANUGRAINI (170321100067)
AMILATUN MUKHLISYOH (170321100017)
M. SYAKUR AL MUJIB (170321100047)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
TRUNOJOYO MADURA
2017
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap karyawan
memiliki seperangkat latar belakang yang berbeda, yang akan mempengaruhi
harapan masing-masing dan pada gilirannya akan mempengaruhi dinamika hubungan
antara manusia dan organisasi perusahaan. Harapan individual atau kelompok
karyawan boleh jadi sama, tidak sama atau sama sekali bertentangan dengan
harapan perusahaan. Interaksi dua harapan dan tujuan itu beserta negoisasinya
mempengaruhi kontrak psikologis yang mewujud dalam budaya organisasi.
Di dalam organisasi
masalah yang sering dihadapi adalah mengapa beberapa karyawan bekerja lebih
baik dari pada karyawan lain, merupakan suatu pertanyaan yang terus menerus
muncul dan selalu dihadapi para pimpinan unit kerja, ada karyawan mempunyai
kemampuan dan ketrampilan serta semangat kerja yang sesuai dengan harapan
organisasi, adakalanya karyawan yang mempunyai kemampuan dan ketrampilan tetapi
tidak mempunyai semangat kerja yang tinggi, sehingga kinerja tidak sesuai
dengan harapan organisasi, hal ini kiranya dapat dipahami karena dalam suatu
organisasi terdiri dari individu–individu yang mempunyai latar belakang dan
tujuan yang berbeda satu sama lainnya dengan tujuan organisasi.
Pada
dasarnya suatu instansi bukan saja mengharapkan pegawai mau dan mampu bekerja secara
giat, tetapi bagaimana memiliki motivasi yang tinggi dari setiap pegawai guna
meningkatkan kinerjanya. Sumber daya manusia merupakan faktor yang dominan
dalam mencapai tujuan organisasi perlu mendapat perhatian secara khusus.
Pimpinan unit kerja atau instansi memiliki kewajiban untuk selalu memotivasi
pegawai agar meningkatkan kinerjanya, dengan demikian kerjasama dan saling
memahami tugas dan fungsi dari setiap unit kerja sangat diperlukan.
Beberapa
hal yang menyebabkan motivasi seseorang menjadi tinggi diantaranya adalah gaji
atau upah (reward ), prestasi, afiliasi, kekuasaan atau karier. Menurut
hasil beberapa penelitian khususnya tentang sumber daya manusia disebutkan
bahwa motivasi kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap peningkatan
produktivitas kerja. Prestasi karyawan merupakan hasil kerja yang dapat dicapai
oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.
Dari
uraian di atas maka tampak jelas bahwa peranan motivasi dalam menunjang
pemenuhan kebutuhan berprestasi sangat besar, atau dengan kata lain motivasi
mempunyai hubungan yang positif terhadap produktivitas kerja, ini sejalan
dengan pendapat Amstrong (1998 : 75) yakni “Hubungan antara motivasi dan
produktivitas kerjaproduktivitas kerja yang lebih baik, dan sebaliknya. Dengan
demikian suatu pengetahuan dan pemahaman secara komprehensif terhadap
faktor-faktor penentu yang dapat meningkatkan motivasi karyawan haruslah diidentifikasi
secara lebih dini.
1.2 Rumusan Masalah
1
Bagaimana
Pengertian motivasi?
2.
Bagaimana
teori-teori motivasi?
3.
Bagaimana
contoh studi kasus tentang motivasi?
4.
Bagaimana
jenis-jenis motivasi?
5.
Bagaimana
faktor pengaruh motivasi terhadap produktivitas kerja karyawan?
1.3 Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian motivasi
2.
Untuk
mengetahui teori-teori motivasi
3.
Untuk
mengetahui contoh studi kasus tentang motivasi
4.
Untuk
mengetahui pengaruh motivasi terhadap produktivitas kerja karyawan
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Motivasi
Istilah
motivasi berasal dari bahasa latin, yaitu Movere yang berarti
menggerakan. Motivasi merupakan proses atau perilaku yang mencoba mempengaruhi
seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan. Berikut pengertian
motivasi oleh beberapa ahli:
1.
Robbin
(2002:55) mengemukakan bahwa motivasi adalah keinginan untuk melakukan sebagai
kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan-tujuan
organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu
kebutuhan individual.
2.
Siagian
(2002:94) mengemukakan bahwa dalam kehidupan berorganisasi, termasuk kehidupan berkarya dalam organisasi
bisnis, aspek motivasi kerja mutlak mendapat perhatian serius dari para
manajer. Karena 4 (empat) pertimbangan utama yaitu:
a) Filsafat hidup manusia berkisar
pada prinsip “quit pro quo” yang dalam bahasa awam dicerminkan oleh pepatah
yang mengatakan “ada ubi ada talas, ada budi ada balas”,
b) Dinamika kebutuhan manusia
sangat kompleks dan tidak hanya bersifat materi, akan tetapi juga bersifat
psikologis,
c) Tidak ada titik jenuh dalam
pemuasan kebutuhan manusia,
d) Perbedaan karakteristik
individu dalam organisasi atau perusa-haan, mengakibatkan tidak adanya satupun
teknik motivasi yang sama efektifnya untuk semua orang dalam organisasi juga
untuk seseorang pada waktu dan kondisi yang berbeda-beda.
3.
Radig
(1998), Soegiri (2004:27-28) dan Antoni (2006:24) mengemukakan bahwa pemberian
dorongan sebagai salah satu bentuk motivasi, penting dilakukan untuk
meningkatkan gairah kerja karyawan sehingga dapat mencapai hasil yang
dikehendaki oleh manajemen.
4.
Mangkunegara
(2005:101) mengemukakan bahwa terdapat 2 (dua) teknik memotivasi kerja pegawai
yaitu:
a) Teknik pemenuhan kebutuhan
pegawai, artinya bahwa pemenuhan kebutuhan pegawai merupakan fundamen yang
mendasari perilaku kerja.
b) Teknik komunikasi persuasif,
artinya merupakan salah satu teknik memotivasi kerja pegawai yang dilakukan
dengan cara mempengaruhi pegawai secara ekstra logis. Teknik ini dirumuskan
dengan istilah “AIDDAS” yaitu Attention
(perhatian), Interest (minat),
Desire (hasrat), Decision (keputusan), Action (aksi atau tindakan), dan Satisfaction
(kepuasan). Penggunaannya, pertama kali pemimpin harus mem berikan
perhatian kepada pegawai tentang pentingnya tujuan dari suatu pekerjaan agar
timbul minat pegawai terhadap pelaksanaan kerja, jika telah timbul minatnya
maka hasratnya akan menjadi kuat untuk mengambil keputusan dan melakukan
tindakan kerja dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin. Dengan
demikian, pegawai akan bekerja dengan motivasi tinggi dan merasa puas terhadap
hasil kerjanya.
2.2 Teori-Teori Motivasi
1.
Teori
Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow
pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau
hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs),
seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety
needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal
dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan
akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai
simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti
tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat
dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan
kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya
dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya
dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat
klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan
intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena
manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu
tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental,
intelektual dan bahkan juga spiritual.Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan
makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin
mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional,
teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami
“koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep
“hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow.
Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan.
Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu
tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan
seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia,
berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam
hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan
papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang
merasa aman, demikian pula seterusnya.
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai
kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan
hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan
bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan.
Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan
ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin
berkembang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila
berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai
hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwakebutuhan yang satu saat
sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang;
Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser
dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti
tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu
dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini
tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami
bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan
berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
2.
Teori
McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk
mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa
motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan
prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan
prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu tugas atau
pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek
fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan
seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala,
mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu
menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui
penerapan bakat secara berhasil.”
Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi
tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi
untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai
situasisituasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri,
dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3)
menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka,
dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
3. Teori Clyton Alderfer (Teori
“ERG)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim
“ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah
yaitu : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness
(kebutuhanuntuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan
pertumbuhan).
Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua
hal penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau
model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat
dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “
Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep
Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut
Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia
itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak
lebih lanjut akan tampak bahwa :
Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin
besar pula keinginan untuk memuaskannya; Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan
yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah
dipuaskan; Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih
tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.
Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat
pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang
dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara
lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.
4. Teori Herzberg (Teori Dua
Faktor)
Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi
penting dalam pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal
dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor
hygiene atau “pemeliharaan”.
Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional
adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti
bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene
atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti
bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam
kehidupan seseorang.
Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor
motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih,
kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan
faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang
dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan
seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh
para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi,
kondisi kerja dansistem imbalan yang berlaku.
Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori
Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh
kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang
bersifat ekstrinsik
5. Teori Keadilan
Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia
terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi
kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang
pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua
kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
Seorang akan berusaha memperoleh imbalan
yang lebih besar, atau Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam
melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Dalam
menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal
sebagai pembanding, yaitu :
Harapannya
tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi
pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya;
Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan
sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri; Imbalan yang
diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta
melakukan kegiatan sejenis; Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai
jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai
Pemeliharaan
hubungan dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para pejabat dan petugas
di bagian kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai persepsi ketidakadilan
timbul, apalagi meluas di kalangan para pegawai. Apabila sampai terjadi maka
akan timbul berbagai dampak negatif bagi organisasi, seperti ketidakpuasan,
tingkat kemangkiran yang tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam
penyelesaian tugas, seringnya para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan
pekerjaan masing-masing, pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke
organisasi lain.
2.3 Contoh Studi Kasus Motivasi
Amri, seorang Manajer sebuah
perusahaan real estat mengevaluasi hasil penjualan tenaga pemasarnya dengan
penuh kepuasan. Setiap tenaga pemasar telah melebihi kuota paling tidak 15 persen,
kecuali Hasan hanya mampu memenuhi quota yang telah ditentukan. Sampai dengan
enam bulan lalu, Hasan, umur 50 tahun merupakan tenaga pemasar perusahaan
paling berprestasi. Akan tetapi akhir-akhir ini kinerjanya menurun. Perusahaan
mempunyai program insentif yang memungkinkan tenaga pemasar mendapatkan bonus
ekstra yang sangat tinggi.
Setelah
Amri mendiskusikannya dengan Hasan, ia mengakui bahwa sebagai seorang yang
pernah mendapatkan pendapatan yang cukup besar dari bonus yang diterimanya, dan
akumulasi dari bonus yang diterimanya bertahun-tahun kemudian diinvestasikan
pada usaha “KULINER”. Menurutnya pendapatan yang diperolehnya dari usaha
kuliner melebihi kebutuhannya untuk hidup. Konsekuensinya, Hasan merasa tidak
perlu lagi untuk bekerja keras melebih quota seperti yang pernah dilakukannya.
1. Faktor-faktor motivasi apa yang ada
pada pekerjaan di atas?
2. Teori motivasi mana yang paling
tepat untuk menjelaskan perilaku Hasan?
3. Jika anda Amri, apa yang
akan anda lakukan untuk memotivasi Hasan agar bisa berprestasi seperti
sebelumnya?
Pembahasan:
1. Faktor-Faktor motivasi yang ada
pada pekerjaan di atas adalah:
Faktor Higienis yang sifatnya
ekstrinsik bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang
dalam kehidupan seseorang. Seperti gaji, kondisi kerja, hubungan dengan rekan
kerja. Dalam pekerjaan diatas faktor higiene dapat dilihat dari perusahaan
mempunyai program insentif yang memungkinkan tenaga pemasar mendapatkan bonus
ekstra yang sangat tinggi sehingga memotivasi para tenaga pemasaran.
Faktor Motivator yang sifatnya
intrinsik bersumber dalam diri seseorang. Seperti pengakuan, tanggung jawab,
pertumbuhan. Dalam pekerjaan diatas faktor Motivator dapat dilihat dari
tanggung jawab pak Amri
yang mengevaluasi hasil penjualan tenaga pemasarannya dan mendiskusikannya
dengan Pak Hasan yang akhir-akhir ini kinerjanya menurun.
2. Teori Motivasi yang paling tepat
untuk menjelaskan prilaku Hasan
Teori yang paling tepat untuk
menjelaskan perilaku pak Hasan adalah Teori Hirarki Kebutuhan (Abraham Maslow).
Menurut teori tersebut, seseorang mempunyai motivasi jika dia belum mencapai
tingkat kepuasan tertentu dalam kehidupannya. Kemudian apabila kebutuhan akan
sesuatu telah terpenuhi, maka kebutuhan tersebut tidak lagi akan menjadi
motivator. Pada pekerjaan diatas dapat dilihat bahwa Hasan merasa sudah
tepenuhi kebutuhannya dari usaha kulinernya sehingga di perusahaan dia tidak
lagi merasa perlu bekerja keras melebihi quota pekerjaan sebagai tenaga pemasar
perusaan seperti yang pernah dilakukannya.
3. Jika anda Amri, apa yang
akan anda lakukan untuk memotivasi Hasan agar bisa berprestasi seperti
sebelumnya ?
Saya sebagai pimpinan akan
menawarkan kenaikan/promosi jabatan kepada Hasan. karena Hasan termasuk
karyawan yang memiliki potensi cukup baik di bidang pemasaran, terbukti Hasan
mampu memenuhi kuota pemasaran melebihi apa yang dibebankannya pada tahun
sebelumnya. Pemberian tawaran kenaikan/promosi jabatan dimaksudkan untuk
mengembalikan motivasi kerja Hasan di perusahaan dan sekaligus merangsang
karyawan lain untuk bekerja lebih baik lagi.
Akan tetapi belum tentu Hasan
menerima tawaran dinaikkan gajinya dan naik jabatannya, mungkin Hasan berfikir
dengan naik gaji/naik jabatan tanggung jawabnya akan bertambah, bisa jadi Hasan
sudah merasa nyaman dengan kondisinya sekarang, apalagi usia Hasan yang sudah
tidak muda bisa jadi Hasan ingin mengurangi tingkat stresnya dalam memenuhi
target perusahan.
Dalam
menghadapi situasi seperti ini, saya akan memberikan motivasi bahwa pak Hasan
adalah salah satu karyawan yang prestasinya terbaik dengan memberikan pengakuan
dan reward kepada pak Hasan sebagai salah satu pegawai terbaik di perusahaan.
Selanjutnya sayan akan meminta pak Hasan untuk transfer knowledge atas
pengalamannya ketika sukses menjadi tenga pemasar perusahaan terbaik. Sehingga
pegawai lain dapat sukses seperti pak Hasan saat menjadi tenaga pemasar
perusahaan seperti tahun sebelumnya.
2.4 Bentuk-Bentuk Motivasi
Bagi
setiap individu sebenarnya memiliki motivasi yang mampu menjadi spirit dalam
memacu dan menumbuhkan semangat kerja dalam bekerja. Spirit yang dimiliki oleh
seseorang tersebut dapat bersumber dari dirinya mapun dari luar, dimana kedua
bentuk tersebut akan lebih baik jika dua-duanya bersama-sama ikut menjadi
pendorong motivasi seseorang.
Motivasi muncul dalam dua
bentuk dasar, yaitu:
1)
Motivasi
ekstrinsik (dari luar)
Motivasi ekstrinsik muncul dari luar
diri seseorang, kemudian selanjutnya mendorong orang tersebut untuk membangun
dan menumbuhkan semangat motivasi pada diri orang tersebut untuk merubah
seluruh sikap yang dimiliki olehnya saat ini ke arah yang lebih baik.
2)
Motivasi
intrinsik (dari dalam diri seseorang/kelompok)
Motivasi intrinsik adalah motivasi
yang muncul dan tumbuh serta berkembang dalam diri orang tersebut yang
selanjutnya kemudian mempengaruhi dia dalam melakukan sesuatu secara bernilai
dan berarti.
2.5 Pengaruh Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan dan Perusahaan
Hasil
penelitian ini membuktikan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan, artinya bahwa motivasi kerja
memang sangat diperlukan oleh seorang karyawan untuk dapat mencapai suatu
kepuasan kerja yang tinggi meskipun menurut sifatnya kepuasan kerja itu sendiri
besarannya sangat relatif atau berbeda antara satu orang dengan orang lainnya.
Tetapi secara keseluruhan, para responden menyatakan bahwa selama bekerja di
perusahaan mereka menyatakan merasa puas atas motivasi kerja yang selama ini
diberikan oleh manajemen kepada para
karyawan perusahaan.
Motivasi kerja berpengaruh
positif tetapi tidak signifikan terhadap
kinerja perusahaan, artinya meskipun motivasi kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan kerja tetapi belum tentu mempengaruhi kinerja
perusahaan. Hal ini dapat terjadi karena karyawan yang merasa puas karena telah
dipenuhi kebutuhannya oleh manajemen dapat bekerja secara optimal. Belum optimalnya kerja seorang karyawan
dibatasi oleh adanya kebijakan atasan misalnya berhubungan dengan waktu lembur,
yaitu karyawan yang telah terpuaskan kebutuhannya merasa bahwa manajemen telah
memberikan penghargaan kepada dirinya sehingga dia merasa harus bekerja dengan
profesional artinya apabila terdapat pekerjaan yang melekat pada dirinya yang
sampai dengan jam kerja belum selesai tetapi dapat diselesaikan hari tersebut,
karyawan tersebut bermaksud untuk menyelesaikannya karena dedikasi dan
loyalitas terhadap pekerjaannya meskipun tidak diperhitungkan waktu lembur.
Tetapi pihak manajemen menentukan bahwa sesuai ketentuan yang ada hal tersebut
tidak diperkenankan, akhirnya karyawan tersebut akan menyelesaikan pada hari
berikutnya.
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari paparan di atas dapat disimpulkan
bahwa motivasi merupakan
proses atau perilaku yang mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu
yang kita inginkan. Terdapat juga beberapa teori yang mengemukakan tentang
adanya motivasi. Motivasi muncul dalam dua bentuk dasar yaitu motivasi
intrinsik yang mana motivasi tersebut berasal dari dalam diri seseorang atau
kelompok dan motivasi ekstrinsik yang mana motivasi tersebut berasal dari luar
diri seseorang. Motivasi sendiri sangatlah berpengaruh bagi karyawan ataupun
kinerja perusahaan itu sendiri. Berbagai cara para pimpinan perusahaan
menggunakan berbagai bentuk motivasi guna mencapai tujuan tertentu yang
dimaksudkan. Meskipun ada motivasi yang kurang terlaksana secara maksimal.
3.2 Saran
Motivasi memang sangat diperlukan
dalam sebuah perusahaan. Baik bagi karyawan maupun kinerja perusahaan itu
sendiri. Seorang pemimpin perusahaan diharapkan bisa memahami tentang
pentingnya motivasi karena motivasi bisa mempengaruhi kinerja karyawan dan
perusahaan dalam mencapai tujuan tertentu yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, Deddy.
2015. Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan
Kinerja
Perusahaan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Winarji,J.2002.
Motivasi & pemotivasian dalam
Manajemen. Jakarta: PT Raja
Garfindo Persada.
Ranupandojo,
Heidjrachman dan Suad Husnan. 2002. Manajemen
personalia.
Edisi 4. Yogjakarta: BPFE-YOGYAKARTA.
Edisi 4. Yogjakarta: BPFE-YOGYAKARTA.
Fahmi, Irham. 2011. Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung:
ALFABETA,
cv.
Brahmasari, Ida Ayu dan Agus
Suprayetno.2008. Pengaruh Motivasi Kerja,
kepemimpinan, dan Budaya Organisasi
terhadap Kepuasan Kerja
Karyawan serta Dampaknya pada kinerja
Perusahaan. Junal Manajemen
dan Kewirausahaan. Vol. 10. No.2.
September 2008: 124-135. (Diakses 19
November 2017 pukul 14.30 WIB).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar