Translate
Kamis, 14 Desember 2017
Rabu, 13 Desember 2017
MAKALAH PENGANTAR ILMU PERTANIAN
PERANAN SEKTOR PERTANIAN DI NEGARA BELANDA
DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1
NAMA ANGGOTA :
ZULFA NUR ISA 170321100007
AGUNG SETYAWAN 170321100015
INDAH TRI WULANDARI 170321100021
ILLA ANNURIYAH 170321100045
ZAINATUL LAILI 170321100059
FEBI ANUGRAINI 170321100067
SLAMET HERMANTO 170321100081
ERSA DESTA WILUJENG 170321100083
FIRA FERIYADITA 170321100085
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Pengantar Ilmu Pertanian tentang Peranan Sektor Pertanian
di Negara Belanda. Makalah ini telah
kami susun dengan maksimal, terlepas dari itu kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat ataupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.
Bangkalan, 08 Desember 2017
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan
manusia dalam melangsungkan hidupnya tidak akan lepas dari kebutuhan pangan,
seperti beras, sayur, buah, daging, telur, susu, dan sebagainya. Hal ini sangat
diperlukan bagi tumbuh kembang manusia serta kelangsungan kesehatan yang
mumpuni. Di negara maju maupun negara berkembang juga tidak lepas dari sektor
pertanian, meskipun dalam kurun waktu terakhir jumlahnya mengalami penurunan,
akan tetapi pertanian tidak boleh dipandang sebelah mata karena selain
satu-satunya penghasil sumber makanan, pertanian juga merupakan sumber
pendapatan bagi negara. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam
kontribusi penyediaan bahan pangan dan bahan baku industri, penyumbang PDB,
penghasil devisa negara, penyerap tenaga kerja, sumber utama pendapatan rumah
tangga pedesaan, penyedia bahan pakan dan bioenergi.
Lebih
dari setengah daratan Eropa digunakan untuk pertanian, seperti halnya di negara
Belanda, yang merupakan salah satu negara eksporter produk pertanian terbesar
setelah Amerika dan Perancis. H. Colman berkebangsaan Inggris (Dikutip dari
Michael Wintle) mengungkapkan penemuannya yang menunjukkan kemajuan pertanian
Belanda dibandingkan negara-negara tetangga telah terjadi sejak abad ke-19 an.
Hanya saja hal ini kurang dikenal di masyarakat dunia karena kurangnya
literatur berbahasa Inggris. Hingga kini, pertanian negara Belanda terus
mengalami berbagai kemajuan. Kemakmuran pertanian Belanda tentu tidak selalu
berjalan dengan baik. Permasalahan-permasalahan yang terjadi itulah yang
menjadikan Belanda terus berkembang sehingga menghasilkan inovasi-inovasi baru
di bidang pertanian.
Dari
penjelasan di atas menjadikan alasan kami dalam penulisan makalah ini untuk
mengetahui lebih dalam peranan sektor pertanian di negara Belanda.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan sektor pertanian di negara
Belanda?
2.
Bagaimana peranan sektor pertanian di negara Belanda?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
perkembangan sektor pertanian di negara Belanda.
2. Mengetahui
peranan sektor pertanian di negara Belanda.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sektor Pertanian
di Negara Belanda
Belanda merupakan salah
satu negara maju yang berada di kawasan benua Eropa. Negara Belanda mampu
menjadi negara maju hanya di sektor pertanian. Sebenarnya lahan di Belanda
tidak begitu luas, hanya sekitar 41.526 km2 dan hampir seluruh
wilayah Belanda ada di bawah permukaan laut. Wilayah-wilayah pinggir laut
Belanda yang dulunya merupakan pantai, sekarang menjadi lahan pertanian yang
subur. Meskipun begitu, Belanda mampu mencukupi kebutuhan pangan rakyatnya
sendiri dan mampu menjadi negara pengekspor hasil-hasil pertanian. Potensi alam
Belanda yang sangat baik untuk pertanian tersebut dapat dimanfaatkan dengan
optimal oleh masyarakatnya. Belanda menerapkan majanemen efisien mekanisme
pemasaran dan transportasi yang cepat. Hal tersebut menjadi kunci dalam usaha
pemanfaatan potensi alam di bidang pertanian ini, efisiensi dalam bekerja,
serta pemberlakuan system insentif, maka jadilah Belanda sebagai negara
eksportir produk pertanian terbesar kedua di dunia.
Sektor pertaniannya memberikan
kontribusi sekitar 20% terhadap PDB. Pada tahun 2007, total ekspor pertanian mencapai
€ 58 miliar per tahun. Negara Belanda merupakan pengekspor tomat terbesar kedua
di dunia setelah Meksiko, produksi tomat terus melonjak dari 730 juta Kg di
tahun 2008 menjadi 800 juta Kg di tahun 2009. Menurut data terakhir pada tahun
2010, Belanda mampu mengekspor 2,1 miliar Kg sayuran dan buah buahan keluar
negeri. Produk-produk seperti kentang, tomat, buah pear, wortel kol dan daun
bawang, juga mentimun, apel, jamur, paprika, daun sla, witlove, kembang kol dan
bawang merah adalah panen Belanda yang membanjiri pasaran Eropa.
Kunci utama keberhasilan pertanian Belanda
adalah riset. Di Belanda yang terkenal dengan riset ilmu pertaniannya ialah di
Universitas Wageningen. Pemerintah Belanda menggunakan hasil riset-riset yang
telah terbukti dan kemudian diterapkan ke dalam sistem pertanian. Pemerintah Belanda berupaya membuat
pendidikan tinggi agar semudah mungkin dapat diakses oleh mahasiswa dalam
negeri maupun dari luar negeri, maupun dari kalangan-kalangan profesional di berbagai
dunia yang ingin belajar di Belanda. Meskipun hanya 5% penduduk Belanda yang
memiliki profesi dalam bidang pertanian, namun produk yang dihasilkan mencapai
lebih dari 10% total produk ekonomi nasional. Teknologi dan pertanian yang
modern seperti metode bercocok tanam dalam Green House (Rumah Kaca) yang terus
dikembangkan merupakan kunci sukses dari pencapaian ini. Produk pertanian dari
Belanda sangat beragam mulai dari buah-buahan dan sayuran seperti apel,
cokelat, andewi, jamur, bawang, tomat, kentang, wortel, hingga bunga dan
tanaman hias berupa bulb seperti bunga tulip. Dengan produk pertanian yang
dihasilkan Belanda merupakan eksportir terbesar dengan memasok 70% ekspor
tanaman hias Uni Eropa dan 93% untuk produksi bulb.
2.2
Perkembangan Pertanian Negara Belanda
Sebelum tahun 1880, bertani di negara Belanda
sudah menjadi mata pencaharian penduduk setempat, yaitu sekitar 2,8 juta pekerja.
Pada tahun 1930 ketika perang dunia II, terjadi krisis ekonomi dan keterbatasan
makanan hingga menyebabkan pemerintah terdorong untuk menetapkan kebijakan
pengembangan sektor pertanian. Kebijakan direalisasikan dengan penerapan
intensitas penggunaan mesin dalam kegiatan bertani, penggunaan pupuk dan
pestisida untuk meningkatkan hasil tanaman,dan pembuatan kebijakan konsolidasi
tanah. Setelah perang dunia II, pertanian belanda berubah menjadi sistem
pertanian campuran yang berfokus pada padat karya yang dikarakteristikkan
dengan diversifikasi produk pertanian menuju ke sistem pertanian padat modal
dan karya (Footloose Agriculture Farms).
Kebijakan Pemerintah yang berfokus kepada
penggunaan Mesin mendorong produksi susu/Dairy. Usaha produksi susu/Dairy
merupakan sektor paling penting bagi pertanian Belanda. Pada tahun 1960-1985,
produksi susu/Dairy negara Belanda terus meningkat tiap tahunnya. Pada 1970-an,
supply tumbuh 100%. Oleh karena itu, supply yang besar ini, Belanda menjadi
eksporter susu utama (60% penjualan susu ke luar negeri). Sampai 1984 ketika
European Community menetapkan sistem kuota pembatasan produksi susu yang telah
membeludak. Tahun 2005, Perdana Menteri Pertanian, Alam, dan Kualitas Makanan
mengamandemekan peraturan yang menjelaskan prospek masa depan pertanian
Belanda, dengan judul ”The Choice for Agriculture”. Prospek pertanian yang
dipandang menarik di masa depan yaitu cocok tanam dengan rumah kaca ”greenhouse”
dan Hortikultural dengan lahan terbuka (open field horticulture). Ke depannya para
petani diberikan peran yang lebih luas dalam pengelolaan pertanian, sementara
campur tangan pemerintah akan diperkecil.
Pada zaman modern ini, pertanian masih
sangat penting. Pertanian Belanda mencakup 2/3 wilayahnya. Belanda sendiri membagi
pertanian dalam 5 golongan, di antaranya Grassland base livestock,
Horticulture, arable crops, pigs and poultry, mixed 3. Area tanah yang
digunakan bercocok tanam mencapai 1.930.000 hektar, dengan 53% diklasifikasi
sebagai grassland (padang rumput), 42% tanah arable, 3% untuk buah-buahan, dan
2% untuk bunga, tanaman hias, dan bibit. Sektor pertanian ke 2 paling penting
adalah holtikultural. Tahun 2003 nilai ekspornya mencapai 6.5 miliyar Euro.
Holtikultural meliputi tanaman hias dan sayuran. 93% tanaman hias Belanda yang
diekspor berupa Flower Bulbs (contoh: bunga tulip). Ekspor tanaman hias Belanda
mencapai 70% dari total ekspor tanaman hias negara Eropa. Para peneliti dan ahli Belanda menciptakan berbagai
jenis bunga tulip yang sangat kreatif dan inovatif yang bisa disaksikan di
kebun tulip terbesar di Belanda “Keukenhof” (The Garden of Europe). Pada musim
semi terdapat 7 juta bunga tulip hasil perkembangbiakkan. Pembeli umbi-umbian hasil
Belanda terbesar adalah Amerika dan Jepang, sedangkan Jerman dan U.K, Perancis
sebagai negara-negara pembeli bunga terbesar. Untuk Sayuran, Belanda mengekspor
sekitar 540 kg tomat/tahun, dengan Jerman dan U.K sebagai pasar utama.
Holtikultural era Modern dilaksanakan dengan media Rumah Kaca (Glasshouses),
dengan seperempat praktek rumah kaca di seluruh dunia barada di Belanda. Tahun
2008, sekitar 60.000 orang yang bekerja di Glass House.
Setelah Holtikultural, perkebunan arable
menduduki sektor ketiga paling penting. Tahun 2008, Netherland memiliki 11.000
Perkebunan Arable, dengan membuka lapangan kerja bagi lebih dari 24.000 orang.
Hasil panen yang dihasilkan didominasi pada gandum, makanan hewan (fodder),
Sugar Beets (Lobak), table potatoes, dan tumbuhan polong (legumes). Total luas
area perkebunan arable adalah: 812,812 ha. Banyak tumbuhan arable yang tumbuh
subur di tanah berpasir, tak heran Perkebunan arable ditemukan di daerah tanah
berpasir seperti provinsi Noord-Brabant (daerah Selatan), Gelderland, dan
Overijssel (daerah Timur).
Pemerintah Belanda
membentuk Menteri Ekonomi, Pertanian, dan Inovasi yang bertugas untuk memadukan
inovasi pertanian untuk mencapai ekonomi yang kuat dengan mengutamakan
keberlanjutan lingkungan hidup. Pertanian di Belanda sangat terintegrasi dengan
teknologi modern. Teknologi-teknologi tersebut antara lain
penggunaan Green House Efisien,
memanipulasi iklim dengan aplikasi LED, teknologi robotik, komputerisasi,
”Dutch Process” dalam pengolahan cokelat, pembuatan keju berkualitas,
pemanfaatan Bioteknologi, manajemen air untuk pertanian, perkembangan ilmu
science yang mendukung dan banyak lagi. Salah satu hasil olahan pertanian negeri
Belanda yang terkenal di seluruh dunia adalah coklat Van Houten yang merupakan
olahan dari kakao yang dihasilkan dari tehnologi “Dutch Process”. Selain itu
negeri Belanda juga terkenal dengan keju Edam dan Gouda.
Penggunaan rumah kaca, sudah menjadi hal yang lazim.
Ketika musim panas, diterapkan mekanisme solar cell rumah kaca untuk menyimpan
energi panas yang disimpan di tandon dan sungai – sungai bawah tanah sehingga
dapat menaikkan suhu air. Ketika musim dingin tiba, petani tidak khawatir
karena mesin–mesin blower mengeluarkan simpanan energi bawah tanah dan
mensirkulasi udara untuk memanipulasi iklim dalam rumah kaca, sehingga pertanian
tetap berjalan. Inovasi lainnya yaitu penggunaan LED (light-emitting diode)
sebagai sumber cahaya. Dengan pengalaman Belanda yang panjang dalam bidang
agrikultur serta sinergi yang kuat antara sektor swasta, pemerintah,
universitas, dan praktis hortikultura, tidak berlebihan jika Belanda berambisi
untuk menjadi pionir dalam bidang inovasi pertanian, khususnya aplikasi cahaya
buatan (artificial lighting) dalam rumah kaca (greenhouse). LED lighting
dapat digunakan sebagai grow light untuk mempercepat pertumbuhan tanaman
ataupun steering light untuk meningkatkan kualitas (misalnya mengarahkan
bentuk buah). Hasil studi yang dilakukan WUR, kombinasi warna merah (95%) dan
biru (5%) menunjukan hasil pertumbuhan tanaman yang lebih baik dibandingkan
menggunakan penyinaran lampu HPS (high pressure sodium). Aplikasi LED
yang diarahkan langsung pada buah tomat ternyata dapat menigkatkan kandungan
vitamin C dari tomat. Kandungan vitamin C pada tomat yang disinari cahaya LED
dapat meningkat 2 kali lipatnya. Selain meningkatkan kandungan vitamin C,
penyinaran degan LED merah pada malam hari juga menunjukkan pengurangan jumlah
spora jamur yang menunjukkan efek positif LED dalam menurunkan hama/penyakit
yang menyerang tanaman.
Sektor
peternakan Belanda pun tidak kalah produktif. Sektor peternakan menyediakan
lapangan kerja bagi sekitar 20 ribu orang dengan jumlah sapi yang dibudidayakan
mendekati 1,5 juta ekor. Seperti hal nya sektor pertanian, peternakan di
Belanda pun dijalankan dengan mekanisasi tingkat tinggi. Hal tersebut adalah
sebuah solusi atas masalah mahalnya upah tenaga kerja. Berbagai inovasi di
bidang peternakan telah mendorong tingkat produksi susu per sapi menjadi dua
kali lipat dibandingkan pada tahun 1960. Para peternak di Belanda mengandalkan
robot untuk memberi makan serta memantau kesehatan. Untuk menjaga kebersihan,
kandangpun kini dirancang khusus agar kotoran ternak langsung diangkut oleh ban
berjalan bawah tanah menuju penampungan dan diolah menjadi pupuk serta biogas.
Produksi susu per tahun berkisar 1,3 juta ton yang diolah menjadi keju, butter,
susu bubuk, susu segar dan produk olahan lain.
BAB III
ANALISIS
Dari data yang telah
kami paparkan dapat kita ketahui bahwa pertanian di negara Belanda mengalami
perkembangan dalam sektor pertanian yang begitu pesat. Saat ini negara Belanda
menjadi negara ekspor produk pertanian terbesar setelah Amerika dan Perancis.
Pada tahun 2007 kegiatan pertanian di sana telah memberikan 9.6% dari PDB
(sebesar € 47,9 miliar). Sektor pertanian
membawa sekitar 600.000 lapangan pekerjaan, hampir 10% dari total lapangan kerja negara Belanda. Seperti
penjelasan di atas, 70% kegiatan ekonomi pertanian dilakukan pada kegiatan ekspor. 80% ekspor itu ditujukan ke
negara-negara Uni Eropa.
Sektor-sektor
pertanian di Negara Belanda sebagian besar meliputi bidang peternakan dan
holtikultura. Subsektor peternakan ini menjadi fokus utama kegiatan pertanian
pada awal tahun 1900-an. Hal ini dikarenakan tanah di negara Belanda umumnya
bertemperatur dengan kadar humus rendah serta wilayah tanah untuk bercocok
tanam berukuran sempit. Hal ini disebabkan juga pada saat itu masyarakatnya
masih menggunakan cara konvensional dalam mengolah tanah mereka akibatnya tanah
yang kurang mempunyai produktivitas jarang di manfaatkan dalam kegiatan
pertanian. Hasil bercocok tanam mereka pun hanya untuk di manfaatkan sebagai
makanan ternak dan sisanya dikonsumsi atau dijual. Sedangkan pada subsistem
holtikultura di negara Belanda meliputi tanaman hias dan sayuran. Ekspor
tanaman hias di Belanda kita lihat menempuh 70% dari total ekspor di Negara
Eropa. Salah satu komoditas tanaman hias terbesar adalah bunga tulip. Sedangkan
komoditas sayuran yang terbesar adalah tomat. Sudah dijelaskan tentang
perkembangan hasil komoditas tomat mulai dari tahun 2008-2010 yang menunjukkan
angka kenaikan dengan rincian seperti berikut.
a.
Pada tahun 2008, Belanda mampu
memproduksi tomat sejumlah 730 Kg.
b.
Pada tahun 2009, Belanda mampu
memproduksi tomat sejumlah 800 Kg (meningkat 70 Kg).
c.
Pada tahun 2010, Belanda mampu
memproduksi tomat sejumlah 2,1 miliar Kg.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sektor pertanian menjadi
hal yang sangat penting di Eropa khususnya di Negara Belanda. Dari analisis
yang telah kami lakukan di atas telah kita diketahui bahwa pertanian di Belanda
sudah berkembang begitu pesat dari abad ke-19 an. Hingga saat ini Belanda telah
mampu menjadi negara pengekspor hasil pertaniannya setelah Negara Amerika dan
Perancis. Belanda mampu menyaingi negara-negara lain di dunia karena mereka
selalu melakukan penelitian dan riset-riset dalam bidang pertanian, pemerintah
Belanda juga memberikan anggaran yang cukup besar kepada setiap lembaga
pendidikan tinggi yang ingin melakukan riset. Hasilnya sector pertanian di negara
Belanda dapat memberikan dampak yang sangat baik terhadap kesejahteraan
masyarakatnya.
4.2 Saran
Sektor pertanian
Belanda sudah terbilang lebih dari sukses untuk mensejahterakan masyarakatnya
dan untuk kebutuhan negaranya sendiri meskipun dengan keterbatasan lahan
pertanian yang mereka miliki. Bercermin dari pesatnya perkembangan pertanian di
Belanda seharusnya menjadi pembelajaran bagi semua negara khususnya bagi negara
berkembang untuk lebih berinovasi terhadap perkembangan pertanian di negaranya
masing-masing. Bisa dengan melakukan kerja sama ataupun sosialisasi akan
teknologi pertanian yang lebih efektif dan efisien, sehingga pertanian di dunia
akan seimbang. Tidak akan ada lagi pandangan ketidak adilan bahwa pertanian di
negara maju lebih banyak menikmati dampak positif dari pada negara berkembang
dalam kegiatan ekspornya.
DAFTAR PUSTAKA
Nurjanah, Rahma. 2011. “Dampak
Penghapusan Subsidi Ekspor Pertanian oleh
Negara Maju Terhadap Keanekaragaman Perekonomian Negara Berkembang”. Jurnal Paradigma Ekonomika, (Online), Vol. 1, No. 3, (https://online-journal.unja.ac.id/index.php/paradigma/article/view/2212/1553, diakses 11 Desember 2017).
Negara Maju Terhadap Keanekaragaman Perekonomian Negara Berkembang”. Jurnal Paradigma Ekonomika, (Online), Vol. 1, No. 3, (https://online-journal.unja.ac.id/index.php/paradigma/article/view/2212/1553, diakses 11 Desember 2017).
Putranda, Yoga. 2015. “Inovasi Belanda:
Memanen Hasil Pertanian dari Kelap-Kelip LED”, (Online), (https://belanda/548.Inovasi-Belanda-Memanen-Hasil-Pertanian-dari-Kelap-Kelip-LED-Poetranda.Blog.html,
diakses 5 Desember 2017).
Soemitra, Yayat T. 2016.
“Melihat Dari Dekat Pertanian Belanda (3)”, (Online), (http://belanda-Melihat-Dari-Dekat-Pertanian-Belanda-(3)-Website-Resmi-Kabupaten-Bandung-Barat.html, diakses 5 Desember 2017).
Febrianti, Ria. 2015. “Negara Belanda”,
(Online), (https://belanda/708. Negara Belanda __ Holland Writing
Competition 2015 _.html, diakses 5 Desember 2017).
Minggu, 10 Desember 2017
Dasar-Dasar Manajemen: MOTIVASI
PAPER DASAR-DASAR MANAJEMEN
MOTIVASI
Disusun Oleh:
Kelompok 7
WIDI DWI LESTARI (170321100001)
NURIL LAILIL MUHARROMAH (170321100005)
FEBI ANUGRAINI (170321100067)
AMILATUN MUKHLISYOH (170321100017)
M. SYAKUR AL MUJIB (170321100047)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
TRUNOJOYO MADURA
2017
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap karyawan
memiliki seperangkat latar belakang yang berbeda, yang akan mempengaruhi
harapan masing-masing dan pada gilirannya akan mempengaruhi dinamika hubungan
antara manusia dan organisasi perusahaan. Harapan individual atau kelompok
karyawan boleh jadi sama, tidak sama atau sama sekali bertentangan dengan
harapan perusahaan. Interaksi dua harapan dan tujuan itu beserta negoisasinya
mempengaruhi kontrak psikologis yang mewujud dalam budaya organisasi.
Di dalam organisasi
masalah yang sering dihadapi adalah mengapa beberapa karyawan bekerja lebih
baik dari pada karyawan lain, merupakan suatu pertanyaan yang terus menerus
muncul dan selalu dihadapi para pimpinan unit kerja, ada karyawan mempunyai
kemampuan dan ketrampilan serta semangat kerja yang sesuai dengan harapan
organisasi, adakalanya karyawan yang mempunyai kemampuan dan ketrampilan tetapi
tidak mempunyai semangat kerja yang tinggi, sehingga kinerja tidak sesuai
dengan harapan organisasi, hal ini kiranya dapat dipahami karena dalam suatu
organisasi terdiri dari individu–individu yang mempunyai latar belakang dan
tujuan yang berbeda satu sama lainnya dengan tujuan organisasi.
Pada
dasarnya suatu instansi bukan saja mengharapkan pegawai mau dan mampu bekerja secara
giat, tetapi bagaimana memiliki motivasi yang tinggi dari setiap pegawai guna
meningkatkan kinerjanya. Sumber daya manusia merupakan faktor yang dominan
dalam mencapai tujuan organisasi perlu mendapat perhatian secara khusus.
Pimpinan unit kerja atau instansi memiliki kewajiban untuk selalu memotivasi
pegawai agar meningkatkan kinerjanya, dengan demikian kerjasama dan saling
memahami tugas dan fungsi dari setiap unit kerja sangat diperlukan.
Beberapa
hal yang menyebabkan motivasi seseorang menjadi tinggi diantaranya adalah gaji
atau upah (reward ), prestasi, afiliasi, kekuasaan atau karier. Menurut
hasil beberapa penelitian khususnya tentang sumber daya manusia disebutkan
bahwa motivasi kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap peningkatan
produktivitas kerja. Prestasi karyawan merupakan hasil kerja yang dapat dicapai
oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.
Dari
uraian di atas maka tampak jelas bahwa peranan motivasi dalam menunjang
pemenuhan kebutuhan berprestasi sangat besar, atau dengan kata lain motivasi
mempunyai hubungan yang positif terhadap produktivitas kerja, ini sejalan
dengan pendapat Amstrong (1998 : 75) yakni “Hubungan antara motivasi dan
produktivitas kerjaproduktivitas kerja yang lebih baik, dan sebaliknya. Dengan
demikian suatu pengetahuan dan pemahaman secara komprehensif terhadap
faktor-faktor penentu yang dapat meningkatkan motivasi karyawan haruslah diidentifikasi
secara lebih dini.
1.2 Rumusan Masalah
1
Bagaimana
Pengertian motivasi?
2.
Bagaimana
teori-teori motivasi?
3.
Bagaimana
contoh studi kasus tentang motivasi?
4.
Bagaimana
jenis-jenis motivasi?
5.
Bagaimana
faktor pengaruh motivasi terhadap produktivitas kerja karyawan?
1.3 Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian motivasi
2.
Untuk
mengetahui teori-teori motivasi
3.
Untuk
mengetahui contoh studi kasus tentang motivasi
4.
Untuk
mengetahui pengaruh motivasi terhadap produktivitas kerja karyawan
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Motivasi
Istilah
motivasi berasal dari bahasa latin, yaitu Movere yang berarti
menggerakan. Motivasi merupakan proses atau perilaku yang mencoba mempengaruhi
seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan. Berikut pengertian
motivasi oleh beberapa ahli:
1.
Robbin
(2002:55) mengemukakan bahwa motivasi adalah keinginan untuk melakukan sebagai
kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan-tujuan
organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu
kebutuhan individual.
2.
Siagian
(2002:94) mengemukakan bahwa dalam kehidupan berorganisasi, termasuk kehidupan berkarya dalam organisasi
bisnis, aspek motivasi kerja mutlak mendapat perhatian serius dari para
manajer. Karena 4 (empat) pertimbangan utama yaitu:
a) Filsafat hidup manusia berkisar
pada prinsip “quit pro quo” yang dalam bahasa awam dicerminkan oleh pepatah
yang mengatakan “ada ubi ada talas, ada budi ada balas”,
b) Dinamika kebutuhan manusia
sangat kompleks dan tidak hanya bersifat materi, akan tetapi juga bersifat
psikologis,
c) Tidak ada titik jenuh dalam
pemuasan kebutuhan manusia,
d) Perbedaan karakteristik
individu dalam organisasi atau perusa-haan, mengakibatkan tidak adanya satupun
teknik motivasi yang sama efektifnya untuk semua orang dalam organisasi juga
untuk seseorang pada waktu dan kondisi yang berbeda-beda.
3.
Radig
(1998), Soegiri (2004:27-28) dan Antoni (2006:24) mengemukakan bahwa pemberian
dorongan sebagai salah satu bentuk motivasi, penting dilakukan untuk
meningkatkan gairah kerja karyawan sehingga dapat mencapai hasil yang
dikehendaki oleh manajemen.
4.
Mangkunegara
(2005:101) mengemukakan bahwa terdapat 2 (dua) teknik memotivasi kerja pegawai
yaitu:
a) Teknik pemenuhan kebutuhan
pegawai, artinya bahwa pemenuhan kebutuhan pegawai merupakan fundamen yang
mendasari perilaku kerja.
b) Teknik komunikasi persuasif,
artinya merupakan salah satu teknik memotivasi kerja pegawai yang dilakukan
dengan cara mempengaruhi pegawai secara ekstra logis. Teknik ini dirumuskan
dengan istilah “AIDDAS” yaitu Attention
(perhatian), Interest (minat),
Desire (hasrat), Decision (keputusan), Action (aksi atau tindakan), dan Satisfaction
(kepuasan). Penggunaannya, pertama kali pemimpin harus mem berikan
perhatian kepada pegawai tentang pentingnya tujuan dari suatu pekerjaan agar
timbul minat pegawai terhadap pelaksanaan kerja, jika telah timbul minatnya
maka hasratnya akan menjadi kuat untuk mengambil keputusan dan melakukan
tindakan kerja dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin. Dengan
demikian, pegawai akan bekerja dengan motivasi tinggi dan merasa puas terhadap
hasil kerjanya.
2.2 Teori-Teori Motivasi
1.
Teori
Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow
pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau
hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs),
seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety
needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal
dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan
akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai
simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti
tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat
dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan
kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya
dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya
dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat
klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan
intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena
manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu
tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental,
intelektual dan bahkan juga spiritual.Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan
makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin
mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional,
teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami
“koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep
“hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow.
Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan.
Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu
tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan
seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia,
berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam
hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan
papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang
merasa aman, demikian pula seterusnya.
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai
kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan
hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan
bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan.
Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan
ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin
berkembang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila
berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai
hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwakebutuhan yang satu saat
sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang;
Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser
dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti
tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu
dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini
tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami
bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan
berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
2.
Teori
McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk
mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa
motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan
prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan
prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu tugas atau
pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek
fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan
seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala,
mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu
menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui
penerapan bakat secara berhasil.”
Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi
tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi
untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai
situasisituasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri,
dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3)
menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka,
dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
3. Teori Clyton Alderfer (Teori
“ERG)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim
“ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah
yaitu : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness
(kebutuhanuntuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan
pertumbuhan).
Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua
hal penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau
model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat
dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “
Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep
Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut
Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia
itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak
lebih lanjut akan tampak bahwa :
Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin
besar pula keinginan untuk memuaskannya; Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan
yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah
dipuaskan; Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih
tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.
Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat
pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang
dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara
lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.
4. Teori Herzberg (Teori Dua
Faktor)
Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi
penting dalam pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal
dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor
hygiene atau “pemeliharaan”.
Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional
adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti
bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene
atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti
bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam
kehidupan seseorang.
Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor
motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih,
kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan
faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang
dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan
seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh
para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi,
kondisi kerja dansistem imbalan yang berlaku.
Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori
Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh
kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang
bersifat ekstrinsik
5. Teori Keadilan
Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia
terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi
kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang
pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua
kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
Seorang akan berusaha memperoleh imbalan
yang lebih besar, atau Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam
melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Dalam
menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal
sebagai pembanding, yaitu :
Harapannya
tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi
pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya;
Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan
sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri; Imbalan yang
diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta
melakukan kegiatan sejenis; Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai
jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai
Pemeliharaan
hubungan dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para pejabat dan petugas
di bagian kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai persepsi ketidakadilan
timbul, apalagi meluas di kalangan para pegawai. Apabila sampai terjadi maka
akan timbul berbagai dampak negatif bagi organisasi, seperti ketidakpuasan,
tingkat kemangkiran yang tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam
penyelesaian tugas, seringnya para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan
pekerjaan masing-masing, pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke
organisasi lain.
2.3 Contoh Studi Kasus Motivasi
Amri, seorang Manajer sebuah
perusahaan real estat mengevaluasi hasil penjualan tenaga pemasarnya dengan
penuh kepuasan. Setiap tenaga pemasar telah melebihi kuota paling tidak 15 persen,
kecuali Hasan hanya mampu memenuhi quota yang telah ditentukan. Sampai dengan
enam bulan lalu, Hasan, umur 50 tahun merupakan tenaga pemasar perusahaan
paling berprestasi. Akan tetapi akhir-akhir ini kinerjanya menurun. Perusahaan
mempunyai program insentif yang memungkinkan tenaga pemasar mendapatkan bonus
ekstra yang sangat tinggi.
Setelah
Amri mendiskusikannya dengan Hasan, ia mengakui bahwa sebagai seorang yang
pernah mendapatkan pendapatan yang cukup besar dari bonus yang diterimanya, dan
akumulasi dari bonus yang diterimanya bertahun-tahun kemudian diinvestasikan
pada usaha “KULINER”. Menurutnya pendapatan yang diperolehnya dari usaha
kuliner melebihi kebutuhannya untuk hidup. Konsekuensinya, Hasan merasa tidak
perlu lagi untuk bekerja keras melebih quota seperti yang pernah dilakukannya.
1. Faktor-faktor motivasi apa yang ada
pada pekerjaan di atas?
2. Teori motivasi mana yang paling
tepat untuk menjelaskan perilaku Hasan?
3. Jika anda Amri, apa yang
akan anda lakukan untuk memotivasi Hasan agar bisa berprestasi seperti
sebelumnya?
Pembahasan:
1. Faktor-Faktor motivasi yang ada
pada pekerjaan di atas adalah:
Faktor Higienis yang sifatnya
ekstrinsik bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang
dalam kehidupan seseorang. Seperti gaji, kondisi kerja, hubungan dengan rekan
kerja. Dalam pekerjaan diatas faktor higiene dapat dilihat dari perusahaan
mempunyai program insentif yang memungkinkan tenaga pemasar mendapatkan bonus
ekstra yang sangat tinggi sehingga memotivasi para tenaga pemasaran.
Faktor Motivator yang sifatnya
intrinsik bersumber dalam diri seseorang. Seperti pengakuan, tanggung jawab,
pertumbuhan. Dalam pekerjaan diatas faktor Motivator dapat dilihat dari
tanggung jawab pak Amri
yang mengevaluasi hasil penjualan tenaga pemasarannya dan mendiskusikannya
dengan Pak Hasan yang akhir-akhir ini kinerjanya menurun.
2. Teori Motivasi yang paling tepat
untuk menjelaskan prilaku Hasan
Teori yang paling tepat untuk
menjelaskan perilaku pak Hasan adalah Teori Hirarki Kebutuhan (Abraham Maslow).
Menurut teori tersebut, seseorang mempunyai motivasi jika dia belum mencapai
tingkat kepuasan tertentu dalam kehidupannya. Kemudian apabila kebutuhan akan
sesuatu telah terpenuhi, maka kebutuhan tersebut tidak lagi akan menjadi
motivator. Pada pekerjaan diatas dapat dilihat bahwa Hasan merasa sudah
tepenuhi kebutuhannya dari usaha kulinernya sehingga di perusahaan dia tidak
lagi merasa perlu bekerja keras melebihi quota pekerjaan sebagai tenaga pemasar
perusaan seperti yang pernah dilakukannya.
3. Jika anda Amri, apa yang
akan anda lakukan untuk memotivasi Hasan agar bisa berprestasi seperti
sebelumnya ?
Saya sebagai pimpinan akan
menawarkan kenaikan/promosi jabatan kepada Hasan. karena Hasan termasuk
karyawan yang memiliki potensi cukup baik di bidang pemasaran, terbukti Hasan
mampu memenuhi kuota pemasaran melebihi apa yang dibebankannya pada tahun
sebelumnya. Pemberian tawaran kenaikan/promosi jabatan dimaksudkan untuk
mengembalikan motivasi kerja Hasan di perusahaan dan sekaligus merangsang
karyawan lain untuk bekerja lebih baik lagi.
Akan tetapi belum tentu Hasan
menerima tawaran dinaikkan gajinya dan naik jabatannya, mungkin Hasan berfikir
dengan naik gaji/naik jabatan tanggung jawabnya akan bertambah, bisa jadi Hasan
sudah merasa nyaman dengan kondisinya sekarang, apalagi usia Hasan yang sudah
tidak muda bisa jadi Hasan ingin mengurangi tingkat stresnya dalam memenuhi
target perusahan.
Dalam
menghadapi situasi seperti ini, saya akan memberikan motivasi bahwa pak Hasan
adalah salah satu karyawan yang prestasinya terbaik dengan memberikan pengakuan
dan reward kepada pak Hasan sebagai salah satu pegawai terbaik di perusahaan.
Selanjutnya sayan akan meminta pak Hasan untuk transfer knowledge atas
pengalamannya ketika sukses menjadi tenga pemasar perusahaan terbaik. Sehingga
pegawai lain dapat sukses seperti pak Hasan saat menjadi tenaga pemasar
perusahaan seperti tahun sebelumnya.
2.4 Bentuk-Bentuk Motivasi
Bagi
setiap individu sebenarnya memiliki motivasi yang mampu menjadi spirit dalam
memacu dan menumbuhkan semangat kerja dalam bekerja. Spirit yang dimiliki oleh
seseorang tersebut dapat bersumber dari dirinya mapun dari luar, dimana kedua
bentuk tersebut akan lebih baik jika dua-duanya bersama-sama ikut menjadi
pendorong motivasi seseorang.
Motivasi muncul dalam dua
bentuk dasar, yaitu:
1)
Motivasi
ekstrinsik (dari luar)
Motivasi ekstrinsik muncul dari luar
diri seseorang, kemudian selanjutnya mendorong orang tersebut untuk membangun
dan menumbuhkan semangat motivasi pada diri orang tersebut untuk merubah
seluruh sikap yang dimiliki olehnya saat ini ke arah yang lebih baik.
2)
Motivasi
intrinsik (dari dalam diri seseorang/kelompok)
Motivasi intrinsik adalah motivasi
yang muncul dan tumbuh serta berkembang dalam diri orang tersebut yang
selanjutnya kemudian mempengaruhi dia dalam melakukan sesuatu secara bernilai
dan berarti.
2.5 Pengaruh Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan dan Perusahaan
Hasil
penelitian ini membuktikan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan, artinya bahwa motivasi kerja
memang sangat diperlukan oleh seorang karyawan untuk dapat mencapai suatu
kepuasan kerja yang tinggi meskipun menurut sifatnya kepuasan kerja itu sendiri
besarannya sangat relatif atau berbeda antara satu orang dengan orang lainnya.
Tetapi secara keseluruhan, para responden menyatakan bahwa selama bekerja di
perusahaan mereka menyatakan merasa puas atas motivasi kerja yang selama ini
diberikan oleh manajemen kepada para
karyawan perusahaan.
Motivasi kerja berpengaruh
positif tetapi tidak signifikan terhadap
kinerja perusahaan, artinya meskipun motivasi kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan kerja tetapi belum tentu mempengaruhi kinerja
perusahaan. Hal ini dapat terjadi karena karyawan yang merasa puas karena telah
dipenuhi kebutuhannya oleh manajemen dapat bekerja secara optimal. Belum optimalnya kerja seorang karyawan
dibatasi oleh adanya kebijakan atasan misalnya berhubungan dengan waktu lembur,
yaitu karyawan yang telah terpuaskan kebutuhannya merasa bahwa manajemen telah
memberikan penghargaan kepada dirinya sehingga dia merasa harus bekerja dengan
profesional artinya apabila terdapat pekerjaan yang melekat pada dirinya yang
sampai dengan jam kerja belum selesai tetapi dapat diselesaikan hari tersebut,
karyawan tersebut bermaksud untuk menyelesaikannya karena dedikasi dan
loyalitas terhadap pekerjaannya meskipun tidak diperhitungkan waktu lembur.
Tetapi pihak manajemen menentukan bahwa sesuai ketentuan yang ada hal tersebut
tidak diperkenankan, akhirnya karyawan tersebut akan menyelesaikan pada hari
berikutnya.
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari paparan di atas dapat disimpulkan
bahwa motivasi merupakan
proses atau perilaku yang mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu
yang kita inginkan. Terdapat juga beberapa teori yang mengemukakan tentang
adanya motivasi. Motivasi muncul dalam dua bentuk dasar yaitu motivasi
intrinsik yang mana motivasi tersebut berasal dari dalam diri seseorang atau
kelompok dan motivasi ekstrinsik yang mana motivasi tersebut berasal dari luar
diri seseorang. Motivasi sendiri sangatlah berpengaruh bagi karyawan ataupun
kinerja perusahaan itu sendiri. Berbagai cara para pimpinan perusahaan
menggunakan berbagai bentuk motivasi guna mencapai tujuan tertentu yang
dimaksudkan. Meskipun ada motivasi yang kurang terlaksana secara maksimal.
3.2 Saran
Motivasi memang sangat diperlukan
dalam sebuah perusahaan. Baik bagi karyawan maupun kinerja perusahaan itu
sendiri. Seorang pemimpin perusahaan diharapkan bisa memahami tentang
pentingnya motivasi karena motivasi bisa mempengaruhi kinerja karyawan dan
perusahaan dalam mencapai tujuan tertentu yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, Deddy.
2015. Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan
Kinerja
Perusahaan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Winarji,J.2002.
Motivasi & pemotivasian dalam
Manajemen. Jakarta: PT Raja
Garfindo Persada.
Ranupandojo,
Heidjrachman dan Suad Husnan. 2002. Manajemen
personalia.
Edisi 4. Yogjakarta: BPFE-YOGYAKARTA.
Edisi 4. Yogjakarta: BPFE-YOGYAKARTA.
Fahmi, Irham. 2011. Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung:
ALFABETA,
cv.
Brahmasari, Ida Ayu dan Agus
Suprayetno.2008. Pengaruh Motivasi Kerja,
kepemimpinan, dan Budaya Organisasi
terhadap Kepuasan Kerja
Karyawan serta Dampaknya pada kinerja
Perusahaan. Junal Manajemen
dan Kewirausahaan. Vol. 10. No.2.
September 2008: 124-135. (Diakses 19
November 2017 pukul 14.30 WIB).
Langganan:
Postingan (Atom)